Setelah 3 bulan ini alhamdulillah level 1 dari kelas bernama korean intensive language terlewati (semoga lulus hahaha).
Tipa hari senin-jumat jam 14.00-16.00 yang melelahkan sekaligus menyenangkan.
Beberapa orang kelas itu gila, atau dengan kata lain orang yang mengambil kelas itu gila, karena 4 jam tiap hari itu. Tapi lama2 biasa kok.
Karena saking biasanya kemampuan bahasa inggris yang seharusnya meningkat disini, malah menurun drastis. Yang awalnya bahasa Inggrisnya pun masih cethek, sekarang jadi lebih cethek lagi hahaha.
Kenapa eh kenapa?
Prediksi saya salah satu penyebabnya adalah kelas korea yang gila2 an itu.
Jadilah tumbukan antara bahasa inggris dan bahasa korea ketika berkomunikasi yang jadinya bikin orang bingung.
Apalagi kalau di kelas yang bukan kelas korea, which is bukan bahasa inggris, bahasanya campir aduk amburadul.
" Maya, do u have boyfriend?"
"네 남자 진구 있어요.how about you?"
"Maya have you see beggar in subway (karena pronounciation orang korea agak berbeda, saya suka gak ngerti apa maksudnya)?"
"Pardon, you mean 지하철?"bahkan gw lebih ngerti kalau ditranslate ke bahasa korea, daripada orang koreanya ngomong inggris
Nah ketika mau nanya tentang grammar ke teachernya bingung mau kasih contoh bahasa inggris. Bahkan bikin kalimat sederhana dalam bahasa inggris di kelas korea jadi susah.
"Maya where are you going?"
"도서관"
"??????" (gak ngerti)
Dan sejujurnya apa yang terucap itu gak sengaja, bukan karena sok-sok an bisa bahasa korea. Itu terjadi otomatis saja. Meluncur begitu saja tanpa sempat dipikir.
Hadohh..yah mungkin ini bagus, pertanda mulai bisa bahasa korea.
Tapi kalau bahasa nya jadi amburadul dan campur aduk gini yah gak bagus juga
Minggu, 21 November 2010
Senin, 20 September 2010
Diary in Korea #6
Ironi
Bermula dari kenangan yang kurang menyenangkan sewaktu merayakan Idul Fitri di KBRI. Hari itu KBRI penuh orang Indonesia. Saya kira cuma sedikit orang Indonesia di Seoul, ternyata TKI nya lumayan banyak juga. Ketika saya dan teman2 mengobrol salah seorang laki-laki bermuka bapak-bapak mendekati kami untuk meminta foto bersama dengan alasan yang kurang jelas. Yah dengan alasan untuk kesopanan kita foto dengan muka yang gak fokus ke kamera. Waktu kami pulang di jalan menuju subway pun banyak orang yang 'suit-suit' ke arah kami.
Sejak saat itu rasanya enggan bertemu orang Indonesia. Ditambah dengan ada orang yang gak jelas kayak meneror teman saya, tambah takut. Tiap kali ada muka-muka Melayu yang terlihat seperti orang Indonesia kami selalu waspada. Memalingkan muka, jalan cepat-cepat, ngomonng pelan2 pake bahasa inggris. Bahkan kami berpikir bagaimana ya nanti kalau ada orang Indonesia nanya2, apa kita bilang kita orang Malaysia aja? Atau kita bilang kita orang US aja, Indonesia tapi warnegara US. Dan hal-hal aneh lainnya, saking kami takutnya bertemu orang Indonesia.
Ironis, bahkan saya juga agak takut dengan orang sendiri. Astaghfirullah. Yah mungkin ini juga bergantung kelas sosial. Tapi yang banyakan disini ya para TKI itu. Bukannya bermaksud merendahkan. Bukan pula menjelek-jelekkan. Saya pun merasa sangat sedih pada perasaan saya yang seperti ini. Mengapa sampai bisa takut pada orang sendiri? Bukankah harusnya merasa senang bertemu saudara yang juga senegara? Sungguh ironis. Menjaga sikap di negeri orang. Lebih menghormati orang lain mungkin itu yang kurang dimiliki banyak orang Indonesia yang saya takuti.
Bermula dari kenangan yang kurang menyenangkan sewaktu merayakan Idul Fitri di KBRI. Hari itu KBRI penuh orang Indonesia. Saya kira cuma sedikit orang Indonesia di Seoul, ternyata TKI nya lumayan banyak juga. Ketika saya dan teman2 mengobrol salah seorang laki-laki bermuka bapak-bapak mendekati kami untuk meminta foto bersama dengan alasan yang kurang jelas. Yah dengan alasan untuk kesopanan kita foto dengan muka yang gak fokus ke kamera. Waktu kami pulang di jalan menuju subway pun banyak orang yang 'suit-suit' ke arah kami.
Sejak saat itu rasanya enggan bertemu orang Indonesia. Ditambah dengan ada orang yang gak jelas kayak meneror teman saya, tambah takut. Tiap kali ada muka-muka Melayu yang terlihat seperti orang Indonesia kami selalu waspada. Memalingkan muka, jalan cepat-cepat, ngomonng pelan2 pake bahasa inggris. Bahkan kami berpikir bagaimana ya nanti kalau ada orang Indonesia nanya2, apa kita bilang kita orang Malaysia aja? Atau kita bilang kita orang US aja, Indonesia tapi warnegara US. Dan hal-hal aneh lainnya, saking kami takutnya bertemu orang Indonesia.
Ironis, bahkan saya juga agak takut dengan orang sendiri. Astaghfirullah. Yah mungkin ini juga bergantung kelas sosial. Tapi yang banyakan disini ya para TKI itu. Bukannya bermaksud merendahkan. Bukan pula menjelek-jelekkan. Saya pun merasa sangat sedih pada perasaan saya yang seperti ini. Mengapa sampai bisa takut pada orang sendiri? Bukankah harusnya merasa senang bertemu saudara yang juga senegara? Sungguh ironis. Menjaga sikap di negeri orang. Lebih menghormati orang lain mungkin itu yang kurang dimiliki banyak orang Indonesia yang saya takuti.
Minggu, 12 September 2010
Diary in Korea #5
Efisien Kerja ala Korea
Setelah beberapa minggu disini saya mengamati betapa efisiennya orang Korea bekerja. Mereka bisa mempekerjakan sedikit orang, namun hasilnya tetap maksimal. OK, boleh dibilang kalau ini diterapkan di Indonesia akan malah merugikan karena nanti akan semakin banyak orang menganggur karena perusahaan hanya akan mempekerjakan sedikit orang. Namun, saya pikir-pikir lagi semakin banyak orang yang diperkerjakan membuat banyak orang punya kesempatan lebih untuk bernmalas-malasan, baik pekerjanya maupun kita.
Saya beri contoh beberapa tentang ini yah :
Misalnya kalau kita berbelanja di department store. Biasanya di belakang kasir ada seorang pekerja lagi yang tugasnya membungkus atau memasukkan barang2 yang kita beli ke kantong plastik. Namun yang terjadi disini adalah customer harus memasukkan barang-barang yang dibelinya SENDIRI. Betapa simpelnya pekerjaan ini, tetapi banyak dari kita yang malas. Betapa jeniusnya ide ini untuk menghemat jumlah pekerja.
Berikutnya kalau kita makan di restoran yang pakai bungkus2 atau piring atau food court lah. Tidak ada pelayan yang akan mengantarkan makanan kita atau membersihkan sisa piring kita. Kita sendiri yang harus mengambil makanan. Dan kita juga yang harus mengembalikan piringnya ke tempat semula. Jadi tidak perlu orang untuk membawa dan bersih-bersih. Sekali lagi pekerjaan simpel, tapi kita seringkali malas melakukannya sendiri.
Contoh ketiga, di amusement park. Saya dan teman2 pergi ke Lotte World. Namanya amusement park pasti penuh orang dan keamanan jadi penting. Karena alasan ini jadi banyak orang yang dipekerjakan. Tetapi untuk wahana2 yang kecil gak tuh. Cuma satu orang yang kerja. Ajusi nya yang bukain pintu, menghitung berapa orang yang masuk. memastikan seatbelt nya kencang, sekaligus mengoperasikan alatnya. Hebat kan. Dan itu bisa dilakukan satu orang loh.
Terakhir ni tentang Ajuma yang bersih2 di asrama international house kami. Ada 7 lantai dan cuma 1 orang yang bersih2 ini semua, bayangkan. Ajuma itu yang ngepel, milah2 sampah, bersihin kaca ketujuh lantai kami. Hebat kan. Dan see itu bisa dilakukan satu orang.
Jadi tersadarkan betapa malasnya kita bahkan untuk melakukan ha-hal kecil sekalipun.
Setelah beberapa minggu disini saya mengamati betapa efisiennya orang Korea bekerja. Mereka bisa mempekerjakan sedikit orang, namun hasilnya tetap maksimal. OK, boleh dibilang kalau ini diterapkan di Indonesia akan malah merugikan karena nanti akan semakin banyak orang menganggur karena perusahaan hanya akan mempekerjakan sedikit orang. Namun, saya pikir-pikir lagi semakin banyak orang yang diperkerjakan membuat banyak orang punya kesempatan lebih untuk bernmalas-malasan, baik pekerjanya maupun kita.
Saya beri contoh beberapa tentang ini yah :
Misalnya kalau kita berbelanja di department store. Biasanya di belakang kasir ada seorang pekerja lagi yang tugasnya membungkus atau memasukkan barang2 yang kita beli ke kantong plastik. Namun yang terjadi disini adalah customer harus memasukkan barang-barang yang dibelinya SENDIRI. Betapa simpelnya pekerjaan ini, tetapi banyak dari kita yang malas. Betapa jeniusnya ide ini untuk menghemat jumlah pekerja.
Berikutnya kalau kita makan di restoran yang pakai bungkus2 atau piring atau food court lah. Tidak ada pelayan yang akan mengantarkan makanan kita atau membersihkan sisa piring kita. Kita sendiri yang harus mengambil makanan. Dan kita juga yang harus mengembalikan piringnya ke tempat semula. Jadi tidak perlu orang untuk membawa dan bersih-bersih. Sekali lagi pekerjaan simpel, tapi kita seringkali malas melakukannya sendiri.
Contoh ketiga, di amusement park. Saya dan teman2 pergi ke Lotte World. Namanya amusement park pasti penuh orang dan keamanan jadi penting. Karena alasan ini jadi banyak orang yang dipekerjakan. Tetapi untuk wahana2 yang kecil gak tuh. Cuma satu orang yang kerja. Ajusi nya yang bukain pintu, menghitung berapa orang yang masuk. memastikan seatbelt nya kencang, sekaligus mengoperasikan alatnya. Hebat kan. Dan itu bisa dilakukan satu orang loh.
Terakhir ni tentang Ajuma yang bersih2 di asrama international house kami. Ada 7 lantai dan cuma 1 orang yang bersih2 ini semua, bayangkan. Ajuma itu yang ngepel, milah2 sampah, bersihin kaca ketujuh lantai kami. Hebat kan. Dan see itu bisa dilakukan satu orang.
Jadi tersadarkan betapa malasnya kita bahkan untuk melakukan ha-hal kecil sekalipun.
Minggu, 05 September 2010
Diary in Korea #4
The Great Sejong
Hari ini seperti biasa jalan2 lagi. Kali ini saya pergi berdua saja dengan teman dari Ukraine. Entahlah kenapa cuma berdua, rata2 masih molor karena mungkin baru pulang pagi. Kita berdua pergi ke Gwanghwamun, yang tekenal dengan palacenya Gyengbokgung.
Nah di sekitar istana ada objek wisata juga untuk mengenang salah satu raja yang paling dipuja, namanya raja Sejong. Keren banget deh, kita bisa lihat film tentang raja itu. Terus juga kemajuan2 pengetahuan saat raja Sejong berkuasa.
Tapi inti ceritanya kali ini bukan itu. Saat nonton filmnya yang dibuat dengan sangat bagus, saya baru ngeh kenapa raja itu famous banget diantara raja lain di dinasti Joseon. Dikisahkan raha Sejong menaruh perhatian yang besar pada perkembangan pengetahuan. Saat dia berkuasa, dia berhasil menghasilkan orang2 yang menemukan alat cetak, kalender baru, jam untuk masayarakat, rasi bintang, senjata, dsb. Tapi menurut saya jasanya yang paling besar adalah membuat alphabet Korea yang dibedakannya dari alphabet China karena dia menemukan vokal mereka memang berbeda dengan China.
Raja Sejong merasa perlu membuat alphabet ini karena selama ini rakyatnya tidak bisa berkomunikasi dan menguatarakan apa yang mereka rasakan. Setelah adanya alphabet ini diharapkan rakyatnya menjadi lebih maju dan tidak buta huruf. Namun, aksi mulianya ini ditentang oleh banyak pihak. Bila rakyat pandai, maka rakyat akan menuntut banyak hal dan itu akan menimbulkan banyak masalah bagi pemerintah nantinya. Banyak petinggi yang tidak setuju pada raja ini.
Namun, apa yang raja bilang. Alih2 gentar dia bersikukuh barangsiapa yang ada di negerinya dan tidak mau melayani rakyat, maka di tidak pantas ada disini. Baginya raja adalah pelayan bagi rakyatnya. Raja Sejong terus mengembangkan alpahabet itu hingga kedua matanya buta.
Sungguh pemimpin yang layak diteladani.
Hari ini seperti biasa jalan2 lagi. Kali ini saya pergi berdua saja dengan teman dari Ukraine. Entahlah kenapa cuma berdua, rata2 masih molor karena mungkin baru pulang pagi. Kita berdua pergi ke Gwanghwamun, yang tekenal dengan palacenya Gyengbokgung.
Nah di sekitar istana ada objek wisata juga untuk mengenang salah satu raja yang paling dipuja, namanya raja Sejong. Keren banget deh, kita bisa lihat film tentang raja itu. Terus juga kemajuan2 pengetahuan saat raja Sejong berkuasa.
Tapi inti ceritanya kali ini bukan itu. Saat nonton filmnya yang dibuat dengan sangat bagus, saya baru ngeh kenapa raja itu famous banget diantara raja lain di dinasti Joseon. Dikisahkan raha Sejong menaruh perhatian yang besar pada perkembangan pengetahuan. Saat dia berkuasa, dia berhasil menghasilkan orang2 yang menemukan alat cetak, kalender baru, jam untuk masayarakat, rasi bintang, senjata, dsb. Tapi menurut saya jasanya yang paling besar adalah membuat alphabet Korea yang dibedakannya dari alphabet China karena dia menemukan vokal mereka memang berbeda dengan China.
Raja Sejong merasa perlu membuat alphabet ini karena selama ini rakyatnya tidak bisa berkomunikasi dan menguatarakan apa yang mereka rasakan. Setelah adanya alphabet ini diharapkan rakyatnya menjadi lebih maju dan tidak buta huruf. Namun, aksi mulianya ini ditentang oleh banyak pihak. Bila rakyat pandai, maka rakyat akan menuntut banyak hal dan itu akan menimbulkan banyak masalah bagi pemerintah nantinya. Banyak petinggi yang tidak setuju pada raja ini.
Namun, apa yang raja bilang. Alih2 gentar dia bersikukuh barangsiapa yang ada di negerinya dan tidak mau melayani rakyat, maka di tidak pantas ada disini. Baginya raja adalah pelayan bagi rakyatnya. Raja Sejong terus mengembangkan alpahabet itu hingga kedua matanya buta.
Sungguh pemimpin yang layak diteladani.
Minggu, 29 Agustus 2010
Diary in Korea #3
All of this stuff made in Korea
When first time come here, I am suprised cause all car that I fond is Hyundai or KIA. There isnt Honda or Toyota or BMW or Mercedes as in Indonesia. All electronics is Samsung or LG. All stuff is made in Korea. I have ever heard that Korean always use their own country product. I think that they only use certain product. But actually maybe 80% their product is made in Korea. Even there isnt Carrefour or retail shop owned by foreigner. All of retail shop is Korean. They liked go place like traditional market to shop. And place like mall is very rare here. It means, all of their citizen money only circled inside, not go oustside.
How about Indonesia? Using foreign product still being prestige.
When first time come here, I am suprised cause all car that I fond is Hyundai or KIA. There isnt Honda or Toyota or BMW or Mercedes as in Indonesia. All electronics is Samsung or LG. All stuff is made in Korea. I have ever heard that Korean always use their own country product. I think that they only use certain product. But actually maybe 80% their product is made in Korea. Even there isnt Carrefour or retail shop owned by foreigner. All of retail shop is Korean. They liked go place like traditional market to shop. And place like mall is very rare here. It means, all of their citizen money only circled inside, not go oustside.
How about Indonesia? Using foreign product still being prestige.
Diary in Korea #2
Such a very nice Malaysian boy
When I first come to Korea, Rindia asked, “What should we do if we met Malaysian?”. I am just laugh and said it just OK. Most of friend said that Malaysian is such a good guys. I am not surprised with Rindia question, since now there is another conflict between Malaysia and Indonesia (I dont wanna talk about that conflict).
Finally, the first guys we met when we arrived in Hanyang University in Malaysian is boy named Haikal. At the first time i supposed that he is Indonesian because our face contour in totally persist huh..He took us to our dormitory and emphasized to call him whenever we need help. I thought it was just for formality but it totally not.
Our first journey is to a bog shop near Whangsinmi station. Haikal asked us to join with other Germany student. If you are the new one in Korea, and can not speak Korean its better if you always go outside with someone who can speak Korea.
Stil the same day, Haikal asked us what will we eat to breakfast (buka puasa). We said we will eat our bread and milk which we buy. Haikal said it doesnt proper and finally he took us to kind of seafood restaurant. And I swear those food is very yummy. The name is haemul something, I forgot. We continued to karaoke. Karaoke is a part of Korean habit.
His helped continue. He always want to know what we eat for sahoor or breakfast. And he will not allow us eating just bread. Moreover, he has cook for us twice for breakfast. First we just cook Malaysian instant food, Brahims and Ayam Brand. Second, he cooked by himself, bihun goreng and sambal ikan bilis. Terharu...He cooked so much and asked us to bring for sahoor.
During our meeting, we talked about love and hate relationship between our country. I found there are many similarities between us, our face, our food, our habit, our religion, even our language. According to us our country hot relationship is just because of certain oknum (yang kurang kerjaan) and because of our citizen who easy ‘dihasut’(poor Indonesia). So, the fact is our country relationship is fine. We didnt care about the issue that hotter day by day. We are such a happy and live peacefully here. How lucky am I find out such a nice Malaysian boy...
When I first come to Korea, Rindia asked, “What should we do if we met Malaysian?”. I am just laugh and said it just OK. Most of friend said that Malaysian is such a good guys. I am not surprised with Rindia question, since now there is another conflict between Malaysia and Indonesia (I dont wanna talk about that conflict).
Finally, the first guys we met when we arrived in Hanyang University in Malaysian is boy named Haikal. At the first time i supposed that he is Indonesian because our face contour in totally persist huh..He took us to our dormitory and emphasized to call him whenever we need help. I thought it was just for formality but it totally not.
Our first journey is to a bog shop near Whangsinmi station. Haikal asked us to join with other Germany student. If you are the new one in Korea, and can not speak Korean its better if you always go outside with someone who can speak Korea.
Stil the same day, Haikal asked us what will we eat to breakfast (buka puasa). We said we will eat our bread and milk which we buy. Haikal said it doesnt proper and finally he took us to kind of seafood restaurant. And I swear those food is very yummy. The name is haemul something, I forgot. We continued to karaoke. Karaoke is a part of Korean habit.
His helped continue. He always want to know what we eat for sahoor or breakfast. And he will not allow us eating just bread. Moreover, he has cook for us twice for breakfast. First we just cook Malaysian instant food, Brahims and Ayam Brand. Second, he cooked by himself, bihun goreng and sambal ikan bilis. Terharu...He cooked so much and asked us to bring for sahoor.
During our meeting, we talked about love and hate relationship between our country. I found there are many similarities between us, our face, our food, our habit, our religion, even our language. According to us our country hot relationship is just because of certain oknum (yang kurang kerjaan) and because of our citizen who easy ‘dihasut’(poor Indonesia). So, the fact is our country relationship is fine. We didnt care about the issue that hotter day by day. We are such a happy and live peacefully here. How lucky am I find out such a nice Malaysian boy...
Jumat, 27 Agustus 2010
Diary in Korea #1
24 Agustus 2010-08-26
Hari keberangkatan dipenuhi dengan dilema tentang berapa banyak barang yang boleh dibawa. Hasilnya, Ibu berulang kali membongkar koper untuk menimbang-nimbang dan mengeluarkan barang-barang yang sekiranya tidak perlu dibawa. Yang membuat suasana lebih panas, Customer Service Garuda Indonesia bilang bahwa untuk penerbangan internasional masing-masing passenger hanya boleh membawa 20 kilo, termasuk kabin dan bagasi. Semakin heboh lah kami mengeluarkan barang-barang yang dirasa tidak perlu dibawa.
Pesawat akan take off jam 23.00. Kami skeluarga berencana berangkat pukul 08.00. Khebohan belum berakhir karena teman saya bilang tol bandara sedang macet-macetnya. Dengan modal nekat kami sekeluarga naik taksi, yang tarif bawah pula hehehehe, dan alhamdulillah jalanan lancar dan ongkos taksinya pun cuma 160ribu hehehehe.
Sampai di bandara tetep deg-deg an. Baru pertama kali terbang dan udah penerbangan internasional pula. Alhamdulillah lagi Allah benar-benar baik, semua urusan lancar, mulai dari imigrasi, fiskal, cek tiket, dan yang mengagumkan ternyata kita boleh bawa sampai 30 kg ke bagasi (agak menyesal kenapa saya gak penuhi aja koper saya). Akhirnya saya melenggang dengan lancar dengan 1 koper besar, tas laptop, dan 1 tas punggung (dan ternyata masih banyak orang yang membawa lebih banyak).
Entahlah tidak ada perasaan yang terlalu special, semuanya biasa-biasa saja. Tidak terlalu sedih meninggalkan orang tua karena sudah biasa, pun juga tidak terlalu excited hahahahah entahlah kan seharusnya perasaan ini bisa lebih lebay. Setelah say goodbye da da da da (mirip kayak di film-film gitu hahahaha) semuanya tetap lancar. Cuma waktu sampai di pengecekan bawaan saya harus mengeluarkan minuman yang dibawa (benar-benar gak boleh bawa liquid). Waktu saya an Rindia nunggu take off kita bareng-bareng sama banyak orang yang pakai jaket warna biru. Awalnya kami kira mereka tentara atau mungkin atlet. Terakhir kami tahu bahwa ternyata mereka adalah TKI. Betapa sulit ya mencari pekerjaan di Indonesia, sampai-sampai banyak orang mengais rejeki jauh-jauh.
Perjalanan 7 jam dari Cengkareng ke Incheon. Karena kami naik Garuda Indonesia walaupun ekonomi, perjalanan sangat menyenangkan. Dapat makanan dan minuman yang enak-enak dan walaupun agak katrok ada semacam monitor entertainment di masing-masing kursi penumpang jadi kita bisa mendengarkan musik atau nonton film selama perjalanan. Satu yang paling painful adalah waktu take off dan landing, telinga sakit banget karena perubahan tekanan udara yang drastis.
Finally, sampailah kami di Incheon. Sangat bersih, sangat modern, dan rapi. Beda dengan Cengkareng yang walaupun katanya bandara internasional terkesan berantakan dan kotor. Dan yang mengejutkan semuanya lancar-lancar saja, bahkan bawaan kami tidak dibongkar, laptop kami tidak diperiksa apakah windowsnya ori atau tidak.
Rasanya agak bingung karena tahu-tahu kami sudah ada di gate arrival dan dijemput oleh bapak-bapak driver yang tidak bisa bahasa Inggris. Dan ternyata di luar hujan, tidak deras, rintik-rintik tapi cukup lah untuk membuat udara terasa dingin.
Perjalanan dari Incheon ke kampus kami di daerah Seongdanggu lancar, a little bit macet tapi tidak parah. Sepanjang perjalanan pemandangan masih biasa-biasa saja. Satu yang membuat heran semua mobil disini kalau bukan Hyundai ya KIA. Susah sekali menemukan mobil produksi luar negeri. Banyak gedung seperti rusun di daerah luar kota. Lalu kami juga melewati Hanggang river yang ternyata besar dan panjang. Ngantuk, dan akhirnya tibalah kami di kampus.
Kami diturunkan di depan Student Dormitory II, yang ternyata bukan gedung yang benar. Seorang bapak satpam keluar dan menanyai kami (tentunya dalam bahasa Korea). Kami berdua yang tidak bisa bahasa Korea sama sekali cuma bisa melongo dan menebak-nebak apa yang dikatakan si Bapak. Sampai akhirnya kami minta tolong si Bapak untuk menelepon International Office untuk memberitahukan tentang kedatangan kami.
Kami dijemput oleh seorang gadis Korea yang agaknya bahasa Inggrisnya kurang lancar dan cowok Melayu yang adalah Malaysian, Haikal. Kami dibawa ke International House (sepertinya asrama untuk mahasiswa pertukaran) dan alhamdulillah kamar kami sudah dibersihkan. Walaupun ini sederhana tapi sudah lebih dari cukup untuk berdua. Kamar mandi yang cukup besar dengan shower air hangat, lemari besar, kasur untuk masing-masing kami, meja belajar yang sangat besar, dan lemari-lemari seperti yang ada di dapur untuk menyimpan barang-barang, tidak lupa AC, penghangat, telepon internal, dan kabel internet tentunya (walaupun sampai saat ini kami belum bisa menggunakannya).
Mandi, kemudian istirahat sebentar. Lalu kami diajak Haikal untuk membeli barang-barang di pusat perbelanjaan terdekat dari kampus (lupa namanya) bersama dua orang mahasiwa Jerman (yang ternyata tidak kuliah di Jerman), Sabrina dan Andrea.
Ngomong-ngomong belanja pasti terdengar menyenangkan. Tapi kali ini menegangkan untuk kami, apalagi kalau bukan karena kami belum mendapatkan beasiswa jadi saat ini kami menggunakan uang kami sendiri. Mereka yang uangnya sudah Euro enak saja membeli ini dan itu. Saya dan Rindia hanya mengeluarkan KRW 5,000 untuk membeli roti, susu, dan margarine. Itu sudah murah lo, kalau dikurs kan mejadi rupiah sekitar 40.000.
Suasana di kota sangat menyenangkan, jalan-jalan kecil, tidak penuh sesak. Toko-toko di tepi jalan berdiri anggun, dan tidak serakah berdiri berlantai-lantai seperti di Indonesia. Tokonya kecil-kecil lucu dan banyak toko makanan di pinggir jalan. Kebanyakan orang berjalan kaki atau naik kendaraan umum. Katanya karena terbiasa berjalan jauh setipa hari, tidak ada cewek Korea yang gendut, asik banget kan, semoga saya juga bisa langsing disini hehehehe.
Malamnya kami diajak Haikal untuk buka puasa di suatu tempat makan seafood. Lagi-lagi saya lupa nama makanannya. Yang jelas itu enak banget, isinya ada udang, kerang, kepiting, octopus, rice cake, kayak tempura ikan, jamur, sama sayuran sejenis sawi. Dimasak di kuah kental, warnanya merah, pedas, asin, haduh pokoknya itu enak banget walaupun pedas. Terus ada dimakan sama nasi Korea. Bentuknya bulat-bulat gitu, tapi rasanya biasa aja. Dan minumannya gak macam-macam, cuma ada air putih dingin, jus, sama bir. The party wasnt over. Lalu kita pergi ke karaoke. Kata Haikal karaoke adalah bagian dari budaya masyarakat Korea juga. Kita nyanyi banyak lagu, dan ternyata Haikal tau banyak lagu Indonesia yang lawas-lawas yang bahkan kita sendiri tidak tahu. Setelah puas kita pulang jam 11 malam waktu Korea. Lagi-lagi kata Haikal, Korea adalah tempat yang aman. Kita nih cewek-cewek akan baik-baik aja bahkan kalau kita di luar sampai malam. Perjalanan hari itu berakhir dengan badan yang sangat super duper capek, apalagi hari itu kita baru sampai. Tidak sabar menunggu perjalanan seru berikutnya.
to be continued.........................................
Hari keberangkatan dipenuhi dengan dilema tentang berapa banyak barang yang boleh dibawa. Hasilnya, Ibu berulang kali membongkar koper untuk menimbang-nimbang dan mengeluarkan barang-barang yang sekiranya tidak perlu dibawa. Yang membuat suasana lebih panas, Customer Service Garuda Indonesia bilang bahwa untuk penerbangan internasional masing-masing passenger hanya boleh membawa 20 kilo, termasuk kabin dan bagasi. Semakin heboh lah kami mengeluarkan barang-barang yang dirasa tidak perlu dibawa.
Pesawat akan take off jam 23.00. Kami skeluarga berencana berangkat pukul 08.00. Khebohan belum berakhir karena teman saya bilang tol bandara sedang macet-macetnya. Dengan modal nekat kami sekeluarga naik taksi, yang tarif bawah pula hehehehe, dan alhamdulillah jalanan lancar dan ongkos taksinya pun cuma 160ribu hehehehe.
Sampai di bandara tetep deg-deg an. Baru pertama kali terbang dan udah penerbangan internasional pula. Alhamdulillah lagi Allah benar-benar baik, semua urusan lancar, mulai dari imigrasi, fiskal, cek tiket, dan yang mengagumkan ternyata kita boleh bawa sampai 30 kg ke bagasi (agak menyesal kenapa saya gak penuhi aja koper saya). Akhirnya saya melenggang dengan lancar dengan 1 koper besar, tas laptop, dan 1 tas punggung (dan ternyata masih banyak orang yang membawa lebih banyak).
Entahlah tidak ada perasaan yang terlalu special, semuanya biasa-biasa saja. Tidak terlalu sedih meninggalkan orang tua karena sudah biasa, pun juga tidak terlalu excited hahahahah entahlah kan seharusnya perasaan ini bisa lebih lebay. Setelah say goodbye da da da da (mirip kayak di film-film gitu hahahaha) semuanya tetap lancar. Cuma waktu sampai di pengecekan bawaan saya harus mengeluarkan minuman yang dibawa (benar-benar gak boleh bawa liquid). Waktu saya an Rindia nunggu take off kita bareng-bareng sama banyak orang yang pakai jaket warna biru. Awalnya kami kira mereka tentara atau mungkin atlet. Terakhir kami tahu bahwa ternyata mereka adalah TKI. Betapa sulit ya mencari pekerjaan di Indonesia, sampai-sampai banyak orang mengais rejeki jauh-jauh.
Perjalanan 7 jam dari Cengkareng ke Incheon. Karena kami naik Garuda Indonesia walaupun ekonomi, perjalanan sangat menyenangkan. Dapat makanan dan minuman yang enak-enak dan walaupun agak katrok ada semacam monitor entertainment di masing-masing kursi penumpang jadi kita bisa mendengarkan musik atau nonton film selama perjalanan. Satu yang paling painful adalah waktu take off dan landing, telinga sakit banget karena perubahan tekanan udara yang drastis.
Finally, sampailah kami di Incheon. Sangat bersih, sangat modern, dan rapi. Beda dengan Cengkareng yang walaupun katanya bandara internasional terkesan berantakan dan kotor. Dan yang mengejutkan semuanya lancar-lancar saja, bahkan bawaan kami tidak dibongkar, laptop kami tidak diperiksa apakah windowsnya ori atau tidak.
Rasanya agak bingung karena tahu-tahu kami sudah ada di gate arrival dan dijemput oleh bapak-bapak driver yang tidak bisa bahasa Inggris. Dan ternyata di luar hujan, tidak deras, rintik-rintik tapi cukup lah untuk membuat udara terasa dingin.
Perjalanan dari Incheon ke kampus kami di daerah Seongdanggu lancar, a little bit macet tapi tidak parah. Sepanjang perjalanan pemandangan masih biasa-biasa saja. Satu yang membuat heran semua mobil disini kalau bukan Hyundai ya KIA. Susah sekali menemukan mobil produksi luar negeri. Banyak gedung seperti rusun di daerah luar kota. Lalu kami juga melewati Hanggang river yang ternyata besar dan panjang. Ngantuk, dan akhirnya tibalah kami di kampus.
Kami diturunkan di depan Student Dormitory II, yang ternyata bukan gedung yang benar. Seorang bapak satpam keluar dan menanyai kami (tentunya dalam bahasa Korea). Kami berdua yang tidak bisa bahasa Korea sama sekali cuma bisa melongo dan menebak-nebak apa yang dikatakan si Bapak. Sampai akhirnya kami minta tolong si Bapak untuk menelepon International Office untuk memberitahukan tentang kedatangan kami.
Kami dijemput oleh seorang gadis Korea yang agaknya bahasa Inggrisnya kurang lancar dan cowok Melayu yang adalah Malaysian, Haikal. Kami dibawa ke International House (sepertinya asrama untuk mahasiswa pertukaran) dan alhamdulillah kamar kami sudah dibersihkan. Walaupun ini sederhana tapi sudah lebih dari cukup untuk berdua. Kamar mandi yang cukup besar dengan shower air hangat, lemari besar, kasur untuk masing-masing kami, meja belajar yang sangat besar, dan lemari-lemari seperti yang ada di dapur untuk menyimpan barang-barang, tidak lupa AC, penghangat, telepon internal, dan kabel internet tentunya (walaupun sampai saat ini kami belum bisa menggunakannya).
Mandi, kemudian istirahat sebentar. Lalu kami diajak Haikal untuk membeli barang-barang di pusat perbelanjaan terdekat dari kampus (lupa namanya) bersama dua orang mahasiwa Jerman (yang ternyata tidak kuliah di Jerman), Sabrina dan Andrea.
Ngomong-ngomong belanja pasti terdengar menyenangkan. Tapi kali ini menegangkan untuk kami, apalagi kalau bukan karena kami belum mendapatkan beasiswa jadi saat ini kami menggunakan uang kami sendiri. Mereka yang uangnya sudah Euro enak saja membeli ini dan itu. Saya dan Rindia hanya mengeluarkan KRW 5,000 untuk membeli roti, susu, dan margarine. Itu sudah murah lo, kalau dikurs kan mejadi rupiah sekitar 40.000.
Suasana di kota sangat menyenangkan, jalan-jalan kecil, tidak penuh sesak. Toko-toko di tepi jalan berdiri anggun, dan tidak serakah berdiri berlantai-lantai seperti di Indonesia. Tokonya kecil-kecil lucu dan banyak toko makanan di pinggir jalan. Kebanyakan orang berjalan kaki atau naik kendaraan umum. Katanya karena terbiasa berjalan jauh setipa hari, tidak ada cewek Korea yang gendut, asik banget kan, semoga saya juga bisa langsing disini hehehehe.
Malamnya kami diajak Haikal untuk buka puasa di suatu tempat makan seafood. Lagi-lagi saya lupa nama makanannya. Yang jelas itu enak banget, isinya ada udang, kerang, kepiting, octopus, rice cake, kayak tempura ikan, jamur, sama sayuran sejenis sawi. Dimasak di kuah kental, warnanya merah, pedas, asin, haduh pokoknya itu enak banget walaupun pedas. Terus ada dimakan sama nasi Korea. Bentuknya bulat-bulat gitu, tapi rasanya biasa aja. Dan minumannya gak macam-macam, cuma ada air putih dingin, jus, sama bir. The party wasnt over. Lalu kita pergi ke karaoke. Kata Haikal karaoke adalah bagian dari budaya masyarakat Korea juga. Kita nyanyi banyak lagu, dan ternyata Haikal tau banyak lagu Indonesia yang lawas-lawas yang bahkan kita sendiri tidak tahu. Setelah puas kita pulang jam 11 malam waktu Korea. Lagi-lagi kata Haikal, Korea adalah tempat yang aman. Kita nih cewek-cewek akan baik-baik aja bahkan kalau kita di luar sampai malam. Perjalanan hari itu berakhir dengan badan yang sangat super duper capek, apalagi hari itu kita baru sampai. Tidak sabar menunggu perjalanan seru berikutnya.
to be continued.........................................
Jumat, 23 Juli 2010
Anomali Hukum Berbanding Terbalik
Orang bilang kecantikan akan berbanding terbalik dengan kecerdasan.
Awalnya saya percaya, karena saya percaya Tuhan ini adil.
Setiap orang pasti punya kelebihan dan kekeurangan.
Tapi ternyata eh ternyata itu tidak berlaku untuk mba mba yang kerja di kantor tempat saya magang.
Jangan tanya, rata-rata semua cantik dan modis.
Saya penasaran apakah mereka juga smart.
Lalu saya iseng-iseng search nama salah seorang karyawati yang menurut saya cantik dan modis di facebook.
Voila....saya cukup terkejut ketika tahu dia adalah MA dari Leeds University di Inggris (dalam usia semuda itu). WOW!!!
Itu membuat saya yang yah..biasa2 aja jadi mendadadak minder.
Kesimpulan yang didapat hari ini kita harus S2 (di luar negeri kalau bisa) untuk meningkatkan daya saing.....dan yang kedua ternyata hukum diatas tidak berlaku sama rata lho
Awalnya saya percaya, karena saya percaya Tuhan ini adil.
Setiap orang pasti punya kelebihan dan kekeurangan.
Tapi ternyata eh ternyata itu tidak berlaku untuk mba mba yang kerja di kantor tempat saya magang.
Jangan tanya, rata-rata semua cantik dan modis.
Saya penasaran apakah mereka juga smart.
Lalu saya iseng-iseng search nama salah seorang karyawati yang menurut saya cantik dan modis di facebook.
Voila....saya cukup terkejut ketika tahu dia adalah MA dari Leeds University di Inggris (dalam usia semuda itu). WOW!!!
Itu membuat saya yang yah..biasa2 aja jadi mendadadak minder.
Kesimpulan yang didapat hari ini kita harus S2 (di luar negeri kalau bisa) untuk meningkatkan daya saing.....dan yang kedua ternyata hukum diatas tidak berlaku sama rata lho
Kamis, 15 Juli 2010
Kantor Kulkas
Pagi2 udah ujan rintik2. Semakin menderita karena di dalam kantor lebihhh dingin daripada di luar. Gila ya ini.. Bahkan ini lebih dingin ketimbang bis malam yang biasa saya naiki kalau ke Jakarta.
Dan di tengah kedinginan ini saya harus menyelesaikan kerjaan. Semakin tidak produktiflah saya. Dikit2 ke toilet, pengen pipis. Dikit2 ke dapur bikin teh anget. Hahahaha..
Untuk membuat udara disini sedingin ini kira2 sudah berapa ton polusi yang dibuat tiap hari ya..
Dan di tengah kedinginan ini saya harus menyelesaikan kerjaan. Semakin tidak produktiflah saya. Dikit2 ke toilet, pengen pipis. Dikit2 ke dapur bikin teh anget. Hahahaha..
Untuk membuat udara disini sedingin ini kira2 sudah berapa ton polusi yang dibuat tiap hari ya..
Rabu, 14 Juli 2010
Wanita oh Wanita..sebegitu berhargakah make up mu?
Di gedung besar ini, alhamdulillah masih ada 1 mushola di area parkir. Walaupun agak jauh, dan pelu effort yang lumayan tapi musholanya cukup memadai kok.
Nah, anehnya disini ini mushola seolah-olah adalah mushola khusus cowok. Entah mengapa jarang banget ada cewek atau ibu2 yang keliatan lagi sholat disana. Padahal ini gedung sepertinya juga gak kekurangan pegawai wanita. Cantik-cantik dan modis lagi.
Humm..mungkin ini kali ya kenapa lebih banyak wanita yang masuk neraka.
Iya sih kita jadi lebih ribet. Nata jilbab lagi, bedakan lagi, belum kalau blouse nya kena air. Tapi kan itu tidak seharusnya jadi excuse untuk meninggalkan sholat.
Berbaik sangka aja ah..mungkin mereka sholat di saat yang berbeda dengan saya....
Nah, anehnya disini ini mushola seolah-olah adalah mushola khusus cowok. Entah mengapa jarang banget ada cewek atau ibu2 yang keliatan lagi sholat disana. Padahal ini gedung sepertinya juga gak kekurangan pegawai wanita. Cantik-cantik dan modis lagi.
Humm..mungkin ini kali ya kenapa lebih banyak wanita yang masuk neraka.
Iya sih kita jadi lebih ribet. Nata jilbab lagi, bedakan lagi, belum kalau blouse nya kena air. Tapi kan itu tidak seharusnya jadi excuse untuk meninggalkan sholat.
Berbaik sangka aja ah..mungkin mereka sholat di saat yang berbeda dengan saya....
Rabu, 07 Juli 2010
Family Involvement, One Hour A Week??!??
Hari ini banyak sekali tugas yang diberikan ke saya. Semua orang kayaknya aji mumpung. Mumpung ada anak magang yang bisa disuruh-suruh. Tapi saya senang melakukannya (jujur lho).
Nah tugas saya yang berkesan hari ini adalah entry data rencana CSR suatu perusahaan besar di Malaysia. Maklum perusahaan tempat saya magang kan multinasional (pamer). Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari datanya. Tapi yang sungguh mengagetkan adalah yah bisa dibilang fakta bahwa ternyata banyak orang yang sudah bekerja cuma punya waktu 1 sampai 2 jam sehari untuk bersama keluarga. Bahkan parahnya ada yang cuma bisa kumpul waktu weeked, one hour doank lagi.
Humm..tidak heran sih. Saya aja yang cuma magang berangkat jam 7 pagi, nyampe kost jam 8. Udah capek banget dan langsung tidur. Bangun pagi dan begitu seterusnya. Hidup begitu keras ya di kota ini. Untung saya tidak besar disini. Tapi apa jadinya ya bila suatu saat saya kerja di kota ini dan akhirnya pun cuma punya waktu minimum buat keluarga. Betapa malangnya anak-anak saya, dan terutama hidup saya yang habis di jalan.
Saya suka berada di kantor dan mengerjakan tugas-tugas. Namun, bisakah ada pintu kemana saja yang membuat saya tidak perlu menghabiskan waktu di jalan??
Semoga..saya tidak menjadi orang tua yang hanya bisa bersama keluarganya 1 jam PER MINGGU
Nah tugas saya yang berkesan hari ini adalah entry data rencana CSR suatu perusahaan besar di Malaysia. Maklum perusahaan tempat saya magang kan multinasional (pamer). Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari datanya. Tapi yang sungguh mengagetkan adalah yah bisa dibilang fakta bahwa ternyata banyak orang yang sudah bekerja cuma punya waktu 1 sampai 2 jam sehari untuk bersama keluarga. Bahkan parahnya ada yang cuma bisa kumpul waktu weeked, one hour doank lagi.
Humm..tidak heran sih. Saya aja yang cuma magang berangkat jam 7 pagi, nyampe kost jam 8. Udah capek banget dan langsung tidur. Bangun pagi dan begitu seterusnya. Hidup begitu keras ya di kota ini. Untung saya tidak besar disini. Tapi apa jadinya ya bila suatu saat saya kerja di kota ini dan akhirnya pun cuma punya waktu minimum buat keluarga. Betapa malangnya anak-anak saya, dan terutama hidup saya yang habis di jalan.
Saya suka berada di kantor dan mengerjakan tugas-tugas. Namun, bisakah ada pintu kemana saja yang membuat saya tidak perlu menghabiskan waktu di jalan??
Semoga..saya tidak menjadi orang tua yang hanya bisa bersama keluarganya 1 jam PER MINGGU
Selasa, 06 Juli 2010
Saya Suka Keteraturan Ini
Ini adalah hari kedua saya magang di sebuah perusahaan PR multinasional.
Sempat ternganga melihat betapa besarnya gedung ini (hahaha norak banget yah).
Pertama-tama saya dibawa ke ruang HR untuk tanda tangan kontrak magang. Bukan cuma tanda tangan ternyata. Saya disuguhi manual peraturan untuk pegawai yang setebal buku wajib saya di kampus.
Setelah dibaca-baca, saya sangat suka dengan keteraturan disini.Semuanya serba diatur. Entah mengapa saya suka diatur. Walaupun segalanya lebih ribet tapi saya sekali lagi suka. Misalnya untuk nge print atau fax kita harus nulis note, gak bisa ngprint atau fax sendiri, udah ada petugasnya. Semua orang disini punya job desc yang jelas. Dan sekali lagi saya suka.
Saya di bagian riset. Apa? Sepertinya ada yang berkata itu membosankan. Gak ah. Menyenangkan malah. Jadi tugas saya analisis media. Mixed kuanti dan kuali, agak aneh dan susah, tepi lama2 terbiasa. Dan saya senang pada jon desc yang jelas ini. Meskipun begitu gak keberatan kok bantuin yang lain. Sekali lagi tugas yang jelas membuat saya lebih fokus.
Disini berasa bgt ada di kantor (ya iyalah namanya juga kantor). Tapi ada juga gak enaknya, karena banyak orang dan tiap orang sibuk interaksinya jadi kurang. Paling sama orang2 riset aja. Interaksi sama supervisor juga jarang, meskipun mereka sangat welcome.
Berikutnya saya punya slot card yang buat masuk ruangan, digantung di leher, huhuhu keren bgt kayak orang kerja beneran.
Sejak disini walaupun harus pulang pergi naik bis yang penuh itu rasanya lebih semangat karena kerjaan saya jelas. Then ya kliping media monitoring setebel buku Harpot, sudah menunggu dikerjakan (itu cuma bulan Mei lho).
Sempat ternganga melihat betapa besarnya gedung ini (hahaha norak banget yah).
Pertama-tama saya dibawa ke ruang HR untuk tanda tangan kontrak magang. Bukan cuma tanda tangan ternyata. Saya disuguhi manual peraturan untuk pegawai yang setebal buku wajib saya di kampus.
Setelah dibaca-baca, saya sangat suka dengan keteraturan disini.Semuanya serba diatur. Entah mengapa saya suka diatur. Walaupun segalanya lebih ribet tapi saya sekali lagi suka. Misalnya untuk nge print atau fax kita harus nulis note, gak bisa ngprint atau fax sendiri, udah ada petugasnya. Semua orang disini punya job desc yang jelas. Dan sekali lagi saya suka.
Saya di bagian riset. Apa? Sepertinya ada yang berkata itu membosankan. Gak ah. Menyenangkan malah. Jadi tugas saya analisis media. Mixed kuanti dan kuali, agak aneh dan susah, tepi lama2 terbiasa. Dan saya senang pada jon desc yang jelas ini. Meskipun begitu gak keberatan kok bantuin yang lain. Sekali lagi tugas yang jelas membuat saya lebih fokus.
Disini berasa bgt ada di kantor (ya iyalah namanya juga kantor). Tapi ada juga gak enaknya, karena banyak orang dan tiap orang sibuk interaksinya jadi kurang. Paling sama orang2 riset aja. Interaksi sama supervisor juga jarang, meskipun mereka sangat welcome.
Berikutnya saya punya slot card yang buat masuk ruangan, digantung di leher, huhuhu keren bgt kayak orang kerja beneran.
Sejak disini walaupun harus pulang pergi naik bis yang penuh itu rasanya lebih semangat karena kerjaan saya jelas. Then ya kliping media monitoring setebel buku Harpot, sudah menunggu dikerjakan (itu cuma bulan Mei lho).
Selasa, 29 Juni 2010
Kok gak pada sholat yah?
Saya sangat terkejut ketika menemui bahwa bagi (mungkin) sebagian besar orang di kantoran sholat itu nomor dua atau entah nomor berapa, yang pasti bukan nomor satu. When I have meeting with important client in a prestigious mall, I asked for their permission to sholat. I am asked where is the mushola. They said it is in the ground floor. I wish they would say 'yuk sholat bareng!' since they have not sholat yet.
But they just continue talking and let me go with a hundred question ' kenapa pada gak sholat ya?'Although, they are definitely moslem. Oh..God save me!Mungkin teman2 juga mengalami hal serupa. Dan sayangnya saya tidak melakukan apa-apa untuk mengingatkan mereka. Takut, kan mereka lebih tua. Takut dijawab 'Sholat, udah pernah tuh!'. Apalagi kalau memaksakan diri pulang di 'golden time' macet. Alhasil waktu maghrib terlewatkan. Dan anehnya tidak ada yang merasa resah atau bersalah.
Dunia kerja adalah dunia yang berat, banyak tekanan. Dan bukankah segarnya air wudhu dan sholat akan sedikit meringankan kita dari segala beban itu. Dunia kerja dan blazer adalah sesuatu yang begitu menyilaukan bagi kita mahasiswa. Namun, janganlah sampai itu membuat kita lupa pada kewajiban utam, sholat!
But they just continue talking and let me go with a hundred question ' kenapa pada gak sholat ya?'Although, they are definitely moslem. Oh..God save me!Mungkin teman2 juga mengalami hal serupa. Dan sayangnya saya tidak melakukan apa-apa untuk mengingatkan mereka. Takut, kan mereka lebih tua. Takut dijawab 'Sholat, udah pernah tuh!'. Apalagi kalau memaksakan diri pulang di 'golden time' macet. Alhasil waktu maghrib terlewatkan. Dan anehnya tidak ada yang merasa resah atau bersalah.
Dunia kerja adalah dunia yang berat, banyak tekanan. Dan bukankah segarnya air wudhu dan sholat akan sedikit meringankan kita dari segala beban itu. Dunia kerja dan blazer adalah sesuatu yang begitu menyilaukan bagi kita mahasiswa. Namun, janganlah sampai itu membuat kita lupa pada kewajiban utam, sholat!
Magang..Good side and Bad side
I got opportunity that I have been dreaming for. I almost crazy when I just stay at home and do nothing. Finally, somebody called Bu Wida called me to joined in her PR consultant company.
Awalnya sangat menyenangkan. Baru di awal-awal saja saya sudah diberi kepercayaan untuk handling event press conference di salah satu hotel bintang lima di Jakarta. Saya begitu antusias menegrjakannya.
Tapi ketika udah lewat 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu, dan tibalah ini hari terakhir saya magang di perusahaan ini I feel bored. Nothing to do. I confeess that Bu Wida was so kind. She even asked me to meeting with the REAL client in Sudirman. How cool is it!Bu Wida juga ngajarin saya bikin PR value, berkomunikasi dengan client, dan banyak yang lain2.
Berikutnya yang saya kerjakan hanya media monitoring. Mengkliping media yang memuat press conference buat analisa then sisanya main facebook dan ngenet.
Untuk yang magang..sabar ya kalau pekerjaan di kantor kalian membosankan.
Ambil good side nya saja. Seperti saya ini belajar nge blog hehehehe. Atau diskusi dengan bos tentang apapun, bukan cuma tentang kerjaan. Atau cari2 informasi apapun mumpung internet gratis kan..
The important thing you must show good performance. Ngerjain tugas yang diperintahkan dengan rapi (dan cepat), mau mendengarkan bila ada kritik, kasih masukan ke bos tentang segala sesuatu. She will appreciate your effort.
Selamat magang semuanya!!!
Awalnya sangat menyenangkan. Baru di awal-awal saja saya sudah diberi kepercayaan untuk handling event press conference di salah satu hotel bintang lima di Jakarta. Saya begitu antusias menegrjakannya.
Tapi ketika udah lewat 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu, dan tibalah ini hari terakhir saya magang di perusahaan ini I feel bored. Nothing to do. I confeess that Bu Wida was so kind. She even asked me to meeting with the REAL client in Sudirman. How cool is it!Bu Wida juga ngajarin saya bikin PR value, berkomunikasi dengan client, dan banyak yang lain2.
Berikutnya yang saya kerjakan hanya media monitoring. Mengkliping media yang memuat press conference buat analisa then sisanya main facebook dan ngenet.
Untuk yang magang..sabar ya kalau pekerjaan di kantor kalian membosankan.
Ambil good side nya saja. Seperti saya ini belajar nge blog hehehehe. Atau diskusi dengan bos tentang apapun, bukan cuma tentang kerjaan. Atau cari2 informasi apapun mumpung internet gratis kan..
The important thing you must show good performance. Ngerjain tugas yang diperintahkan dengan rapi (dan cepat), mau mendengarkan bila ada kritik, kasih masukan ke bos tentang segala sesuatu. She will appreciate your effort.
Selamat magang semuanya!!!
Langganan:
Postingan (Atom)