Jumat, 15 Desember 2023

Berharap Hanya kepada Allah

 Saat hijrah dari Makah ke Madinah, Rasulullah ditemani oleh Abu Bakar. Mengapa Abu Bakar yang dipilih? Mengapa bukan Umar bin Khattab yang perkasa? Mengingat hijrahnya Rasul adalah perjalanan yang amat sangat berat dan mengancam nyawa. Ternyata ada hikmah dibalik Abu Bakar yang menjadi teman perjalanan hijrah Rasul. Secara postur Abu Bakar adalah sahabat nabi yang berperawakan kecil, tidak segagah Umar ataupun sahabat yang lainnya, tetapi beliaulah yang paling dicintai Rasul tentu saja karena keimanannya.

Allah menakdirkan Abu Bakar menemani Rasul dalam hijrahnya agar dalam perjalanannya Rasul hanya bergantung semata kepada Allah, bukan kepada manusia. Mind blowing! Itu yang disampaikan Muthowif kami dalam perjalanan dari Makah ke Madinah. Bila yang menjadi teman perjalanan adalah Umar, Rasul mungkin lebih merasa tenang karena ada pengharapan kepada Umar yang ketika beliau lewat setan pun takut. Namun, Allah merancang hanya kepada-Nya lah Rasul boleh berharap. Ketika mereka berdua hampir ketauan saat bersembunyi di gua Tsur, beliau mengatakan, "Jangan takut sahabatku, sesungguhnya Allah bersama kita." 

Hal itulah yang sekiranya juga saat ini terjadi kepada saudara-saudara kita di Palestina. Semua negara yang berlabel negara maju kebanyakan "Abstain" saat pengambilan suara di PBB. Hal membagongkan mengingat beberapa darinya adalah negara dengan label "si paling cinta damai". Ternyata cinta damainya hanya dalam konteks tertentu saja. 

Disinilah rakyat Palestina menjadi teladan bahwa pertolongan tertinggi datangnya dari Allah. Bukan dari negara Arab yang kaya, bukan dari negara maju OECD, bukan dari PBB, bukan dari manusia. Merekalah yang menjadi duta Islam yang menyebarkan luhurnya ajaran kita. Berharap hanya kepada Allah taala.

Di tengah memanasnya suhu politik di negeri kita, berita tentang Palestina seolah menjadi pengingat agar kita tidak terpecah belah lagi oleh oknum yang mengatasnamakan agama untuk kepentingan politiknya. Betapa krisis yang terjadi disana bisa menjadi peredam potensi krisis yang ada disini karena kita diingatkan bahwa umat sedang prihatin. Masha Allah sungguh surga tidak murah dan hanya untuk orang-orang terpilih saja. Baitul Maqdis semoga selalu akan ada di hati kita, doa-doa kita insya Allah akan menjadi saksi pembelaan kita. 





Rabu, 06 Desember 2023

Diundang lagi ke rumah Allah

 Alhamdulillah, dengan izin Allah beberapa minggu yang lalu saya dan suami diundang kembali untuk mengunjungi rumah Allah dan Rasulullah di Makkah dan Madinah. Masha Allah sungguh rezeki yang besar untuk saya utamanya karena ini adalah perjalanan jauh pertama saya setelah covid sekaligus akan meninggalkan anak-anak dalam waktu yang agak lama. Sekali lagi alhamdulillah, adek Hanan begitu lancar disapih sehingga rasa hati plong banget, karena salah satu ketakutan saya dalam keberangkatan ini adalah meninggalkan adek yang belum disapih.

Benarlah keberangkatan kita ke Baitullah adalah undangan Allah SWT. Kami mendapatkan seat umroh ini juga melalui war bersaing dengan banyak orang. Malam itu suami menepuk punggung saya yang sedang menyusui adek, "Yang, ada tiket umroh bulan Oktober besok, mau gak?",kata ayah. Dalam kondisi setengah sadar saya menjawab, "Boleh deh yah, kan adek sudah mau 2 tahun, sudah bisa disapih.", jawab saya. Menunggu beberapa hari, karena kami belum tentu mendapatkan seatnya. Alhandulillah kami mendapatkan undangan grup WA untuk keberangkatan umroh grup tersebut. Alhamdulillah betapa besarnya rasa syukur saya atas kesempatan tersebut.

Singkat cerita, kami berangkat pada tanggal 17 Oktober bersama rombongan. Rombongan umroh ini tidak biasa, karena kasat mata saya lihat semuanya berusia muda  dalam kisaran 20-40 tahun. Biasanya rombongan umroh dari Indonesia kebanyakan sudah berusia sepuh. Dan surprisenya mereka semua baik-baik. Serta yang paling penting bervisi akhirat. Kenapa visi akhirat ini penting? Karena ini menentukan nyambung tidaknya obrolan kami dan prioritas kami selama perjalanan.


Alhamdulillah perjalanan umroh kali ini ada plusnya yaitu mampir ke Dubai. Betul-betul mampir karena kami cuma punya kurang lebih 10 jam disana. Humm ngomongin Dubai yang terbayang itu gemerlapnya dunia ya. Semua yang paling-paling di dunia, yang paling tinggi, paling mewah, paling megah, sampai yang ngadi-ngadi pun ada disana termasuk sky indoor. Tapi entahlah saya tidak menemukan kedamaian ditempat yang paling-paling itu. Ya udah lewat gitu aja. Pemimpinnya punya visi yang jauh ke depan..di dunia. Duluu..saya sempat berpikir, kenapa KSA tidak bisa sekaya UAE toh sama-sama negara Arab. Akhirnya, mungkin saya menemukan yang kira2 menjadi jawabannya. Perbedaan visi. Salah satu hadist Rasulullah SAW, mengatakan agar kita manusia memendekkan angan-angan. Apa maksudnya? Hiduplah seolah-olah kita ini pelancong yang hanya mampir sebentar di dunia ini, karena tujuan utama kita adalah akhirat. Jadi sederhanakanlah keinginan-keinginan duniawi kita karena ada goal yang lebih besar.


Alhamdulillah, kami tiba di tujuan utama kami. Makah dan Madinah jauh lebih ramai dibandingkan terakhir kami berkunjung pada tahun 2018. Pun ada beberapa hal yang berbeda seperti hijir Ismail hanya bisa dimasuki saat-saat tertentu. Untuk memasuki Raudhah pun kita perlu memiliki aplikasi khusus. Ada satu hal yang menjadi kesadaran baru bagi saya dalam pengalaman umroh kemarin. Bahwa kecondongan manusia untuk menyembah benda-benda sangat kuat. Segala macam beda di sekitar Kabah dan Raudah tidak luput menjadi sarana 'mencari berkah'. Padahal saya yakin benda-benda itu hanya buatan manusia. Di zaman Rasul kondisi masjid Nabawi tidak penuh pernak pernik seperti sekarang. Ketika saya mengunjungi museum Rasul pun disana ditampilkan beberapa macam benda yang pernah dimiliki Rasul seperti bejana, baju besi, dan tongkat. Tapi hanya dioramanya saja, benda-benda aslinya wallahu alam ada dimana dan tidak dianjurkan untuk dicari. Rasul pun pernah menyampaikan agar makamnya tidak menjadi tempat kesyirikan umat. Pastilah Makah dan Madinah selalu membuat rindu dan keberkahannya berlipat ganda, tetapi bukankah Allah itu dekat dan selalu mendengar doa kita dimanapun kita berpijak dibumi-Nya? 




 

Kamis, 26 Januari 2023

Demam Ustadz Hanan dan Nouman

 Dan terjadi lagii...its been a decade I havent written anything. Membuka blog ini lagi, membaca apa apa yang pernah ditulis, dan rasanya menyenangkan bahwa ada jejak tulisan yang saya tinggalkan. Baiklah lets start this. 

Alhamdulillah tahun lalu kami dikaruniai anak laki-laki yang kami beri nama Hanan. Diambil dari nama seorang ustadz yang ceramahnya begitu adem dan saya dengarkan hampir setiap hari sebelum dan ketika hamil. Kami berharap Hanan kelak akan menjadi seorang yang lembut hatinya, mumpuni ilmunya, baik adabnya, alhamdulillah bila bisa berdakwah apapun nanti profesinya.

Ustadz Hanan Attaki membuka dunia baru bagi saya untuk belajar agama, dengan bahasa yang tidak menggurui dan khas anak muda. Ceramahnya mengisi pagi-pagi saya sambil berjalan kaki di sekeliling komplek. Bahwa ada kemudahan yang selalu datang dengan kesulitan, bahwa hidup ini memang saatnya kita berlelah-lelah sampai nanti kita memetik hasilnya di jannah, bahwa Allah selalu ada walaupun tidak ada seorangpun yang ada di sisi kita, bahwa insting kita untuk mendapatkan perhatian sebenarnya ditujukan untuk mendapatkan perhatian dari Allah semata.

Belakangan, pesan-pesan diatas seperti diulang kembali Ustadz Nouman Ali Khan. Alhamdulillah kami dimudahkan menghadiri tablighnya akhir tahun lalu. Dalam sesi itu Ustdz Nouman menceritakan tentang Nabi Yusuf AS dalam surat Yusuf. Bahwa kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh Nabi Yusuf menjadikannya sebagai orang terpilih. Kesulitan jugalah yang membuat kita tumbuh. Beberapa menit yang lalu saya juga mendengarkan ceramah NAK di kanal youtubenya. NAK membahas tentang Rasulullah yang saat itu berkontemplasi mengapa di dunia ini penuh dengan kesulitan, kesedihan, kesakitan, kelaparan, kenestapaan. Saya pun memiliki pertanyaan serupa. Allah menjawab pertanyaan beliau dalam QS Al Inshirah, bahwa telah dilapangkan dada dan diangkat beban beliau. Bahwa ada kemudahan yang datang sepaket dengan kesulitan, Hidup kita ini adalah perjalanan menuju Allah. Dalam perjalanan mungkin saja kita mencium bau busuk, tetapi apabila kita meneruskan saja perjalanan kita toh bau busuk itu juga akan hilang dengan sendirinya. Asalkan kita masih ada di jalan Allah, maka Allah akan memberikan kedamaian di hati kita, kemudahan untuk melaluinya. 

Satu catatan penting lagi yaitu untuk mengisi waktu luang kita dengan apa yang Rasulullah lakukan yaitu : melakukan hal yang kita dedikasikan hanya untuk Allah atau membantu makhluk Allah. Semoga kita selalu dibimbing di jalan-Nya. Amin...






Rabu, 27 Januari 2021

Merasa Pintar Bodoh Saja tak Punya

Postingan kali ini lebih mirip resensi buku ya. Buku ini meninggalkan kesan yang cukup dalam sampai saya merasa perlu menulis. Penerbitnya Mojok, ditulis oleh Rusdi Matari. Kisah Sufi dari Madura, begitu kata covernya.

Jadi buku ini adalah kumpulan tulisan Rusdi Matari selama Ramadhan yang diunggah di Mojok. Berkisah tentang Cak Ndlahom yang tinggal di Desa Ndusel bersama tokoh-tokoh lainnya ada Pak Lurah, Pak RT, Mat Piti, dan Romlah. Ndlahom hanya nama panggilan yang kurang lebih berarti bodoh atau gila. Sebenarnya Cak Ndlahom tidak sungguh-sungguh bodoh atau gila, tetapi perilaku dan cara pikirnya yang nyeleneh kerap menjadikannya bahan tontonan warga kampung. 

Suatu hari Cak ndlahom puasa bicara. Dia tidak mengeluarkan sepatah kata, pun tidak menjawab ketika ditanya. Sampai menjadi isu nasional di desa sampai semua warga nyamperin ke rumahnya yang samping kandang kambing Pak Lurah. Cak Ndlahom akhirnya memberikan klarifikasi bahwa mulutnya selama ini sudah banyak melakukan dosa. Menggunjing, berbohong, mengeluh, menyakiti hati orang lain, wis pokoke mungkin kebanyakan dosa kita dilakukan oleh si mulut ini. Jadi mulut pun punya hak untuk dipuasakan supaya gak semakin nambah dosa kita.

Tapi kesan utama yang saya tangkap dari Cak Ndlahom adalah jiwanya yang berusaha merendahkan dirinya sendiri serendah-rendahnya. Katanya jadilah seperti air. Air itu membawa semua yang baik dan yang buruk. Dari air kamar mandi yang bersih, turun ke selokan, bercampur dengan limbah dapur, dan segala macam kotoran lainnya. Dari sungai yang membawa segala macam beda bermuara ke laut dan membuatnya bersih kembali. Masya Allah.

Jadi sebagai manusia di bumi ini kita semua hanyalah wayang. Yang menjalani skenario dari dalang. Baik buruk semuanya sepatutnya kita terima, karena boleh jadi yang menurut kita buruk justru baik untuk kita dan sebaliknya. Apa yang kita rasa milik kita sebenarnya juga bukan punya kita. Jadi apa gunanya iri hati, dengki, ambisi.

Lha terus hidup kita ini harus pasif aja gitu? Ya enggak juga. Cara pikir Cak Ndlahom ini bisa menjadi rem atas segala sesuatu yang menggebu-gebu. Prestasi, karir, gaji, jabatan, you named it. Kalau denger influencer finance atau karir kita diajak dalam lima tahun atau sepuluh tahun ke depan hidup kita harus begini begitu. Hasilnya kita stress sendiri, bahkan sampai mengorbankan banyak hal untuk mencapai target-target itu. 

Pasrahkan, serahkan, sembari tidak meninggalkan kesungguhan hati dan upaya. Tetapkan tujuan untuk berkumpul di surga bersama keluarga. Tenang aja, apapun yang memang menjadi milikmu tidak akan lepas darimu walau seluruh dunia menentang.



Minggu, 27 Desember 2020

A life-long diet

 Helloo..I'm back. Bersalah banget sudah lama gak nulis. Sekalinya buka akun blog, jadi ingat lagi memori yang dulu-dulu. Senang rasanya, semoga setelah ini semakin konsistem nulisnya.Nah ini adalah hadiah akhir tahun, yaitu waktu yang luang. Sangat sangat luang jadi bisa berkontemplasi memikirkan kembali apa tujuan hidup tsahh...

Jadi tahun 2020 ini sangat spesial bagi penduduk bumi. Allah memberikan 'hadiah' bernama virus korona yang membuat semua manusia lebih humble. Lebih banyak stay di rumah, lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga, dan gak melulu sibuk diluaran. Pandemi ini benar-benar mengubah bagaimana kita hidup. Kemarin gak sengaja lewat depan ICE BSD dan merasakan betapa lengangya tempat yang biasa penuh event sepanjang tahun. Berarti selama ini kita sibuk banget ya hidup diluaran sampai rumah mungkin cuma jadi tempat tidur aja. Selebihnya ya di mall, kafe, kantor, toko buku, you name it. 

Dann..setelah ada vaksin pun ternyata virusnya sudah berevolusi jadi lebih canggih lho. Mungkin Allah berkehendak agar keberadaan virus ini akan mengubah hidup kita SELAMA-LAMANYA. Manusia selama ini sudah sombong banget, lupa diri, lupa lingkungan, economy first jadilah virus ini ada agar kita selalu ini bahwa kita ada sebutir debu bagi Sang Maha Pencipta. Insignificant. Gak penting. Sama virus yang gak keliatan pun sudah takut setengah mati. 

Anyway, awal keberadaan virus ini mengawali masa lock down di rumah yang cukup panjang. Berbekal ilmu ngawur saya berasumsi bahwa untuk menjaga stamina tubuh kita harus banyak makan gak boleh laper. Hasilnya kulkas tidak pernah kehabisan stok cemilan. Risoles, dimsum, kue-kue, somay, ada juga sih buah-buah tapi porsinya gak sebanyak cemilan yang asin gurih itu. 

Tak terasa 3 bulan sudah berlalu. Hasil nyata dari lockdwon itu adalah badan saya yang makin mekar. Awalnya pengen denial aja, tapi timbangan tidak bisa deny jarum yang sudah di angka 70an. OMG, I really need to do something, but what? Diet? Ahh laperrr. Tapi kita coba dulu aja yuk.

Awalnya saya ikut cardio tanpa ada target apa-apa. Olahraga biasa aja tiap weekend. Tapi pola makan tetep gak mau berubah. Sampai kami kedatangan member baru yang sudha berhasil 'kurusan' dan turun 5 kg. Wow, can I do it? Mbaknya share kalau dia dan suami sedang diet defisit kalori. Kami kepo dong apa sih itu. Ya intinya mengonsumsi kalori dibawah kebutuhan per hari agar kelebihan kalori lainnya bisa dibakar.

Saya mulai dengan download aplikasi Fat Secret dan mencatat apa saja yang saya makan. Terus pernah juga langganan beberapa katering diet. Seterusnya dikira-kira aja sendiri. Alhamdulillah dengan izin Allah yeayy saya dapat hadiah turun 9 kg setelah 3 bulan. Bukan prestasi yang wow banget kalau dibandingkan sama Tya Arestya ya yang turunnya sampai 23 kg. Tapi berat badan ini dan pola hidup yang baru mengubah hidup saya.Sekarang di angka 60 kg. Masih belum ideal tetapi jauh lebih enteng. 

Benar memang untuk love yourself love your body. Tetapi bentuk cinta kita kepada tubuh kita ini adalah dengan memasukkan yang baik-baik aja untuk tubuh kita. Kebebasan harus disertai juga rasa tanggung jawab. Jaman now ini makanan kekinian yang full gula, lemak, bertabur keju dan cokelat mudah ditemukan dimana aja. Tantangannya jaman now justru bagaimana kita bisa mengendalikan pola makan kita ini. 

Bukan berarti saya jadi gak makan gorengan atau minum manis ya. Cukup dikontrol aja jumlahnya. Kan ini bukan diet mingguan atau bulanan, emang kuota internet. Diet adalah way of life, seumur hidup. Memilih makanan dan selektif pada apa yang baik untuk tubuh. Jalan kaki 30menit sehari. Tidur cukup. Udah itu aja. Tubuhmu sempurna, maka dia akan dengan sendirinya menjadi lebih baik.




 

Senin, 04 Desember 2017

Fahima's Miracle Feet

It's been like a decade blog ini gak diisi. Selama hampir satu setengah tahun ini membesarkan fahima kami telah menghadapi berbagai macam hal. Tulisan ini pun akhirnya saya buat setelah sangat tersentuh dengan kisahnya dedek Adam yang menginspirasi lagu Melawan Dunia-nya Ran dan Yura. Mereka yang tetap positif walaupun dicoba dengan seorang anak dengan penyakit langka. Lalu terbayanglah fahima kecil. Yang terlahir sempurna, tapi kami dicoba dengan posisi telapak kaki kirinya yang menekuk ke dalam. Dalam bahasa kedokterannya adalah CTEV atau kaki pengkor. Ayah Hima yang walaupun selalu diam adalah pejuang tangguh untuk keluarga kami keukeuh kalau Hima harus berobat ke RSO Solo dengan dr. Anung. Harga mati, gak bisa ditawar lagi karena pengobatan ke dokter lain belum tentu akan membuahkan hasil yang baik.

Saya tidak bisa menggambarkan bagaimana rasanya harus meninggalkan fahima kecil yang baru berusia 3 bulan di rumah orang tua saya. Namun, itu adalah pilihan terbaik yang kami miliki saat itu mengingat fahima harus terus kontrol bolak-balik blora-solo dari seminggu sekali, dua minggu sekali, sebulan sekali. Anak sekecil itu harus beraktifitas dengan gips di kakinya, di lanjutkan dengan sepatu dennis brownnya selama 23 jam di awal hidupnya sungguh bukan hal yang mudah untuk kami. Ditambah posisi kami berjauhan dan perjuangan untuk meng-ASI-hi fahima jarak jauh juga harus berlanjut. Saya begitu keras kepala tentang ASI saat itu, apapun akan saya lakukan karena saya pikir hanya itulah yang bisa saya berikan untuk putri kecil kami. Bolak-balik seminggu sekali, sampai menitipkan asi di pengiriman kereta api dengan rasa was-was. Alhamdulillah semua telah terlewati. Saya sendiri takjub bagaimana akhirnya kami bisa melalui fase ini.

Sekarang kami telah bersama. Alhamdulillah, Allah juga menitipkan seorang pengasuh yang amanah untuk kami. Pengobatan fahima masih berjalan, sekarang kontrol setiap 3 bulan sekali. Kemajuan yang paling terasa adalah saat dia akhirnya mulai berjalan saat usia 15 bulan. Sungguh Allah tidak pernah meninggalkan kami. Diantara cobaan-Nya, fahima bisa berjalan tumbuh kembang normal seperti anak-anak lainnya. Kisah Adam mengingatkan saya kembali bahwa anak-anak istimewa dititipkan untuk orang tua yang istimewa juga. Pasti ada kemudahan bila kita dengan sepenuh hati menjaga amanahnya. Bagi Bapak/Ibu yang putra-putrinya mengalami CTEV juga, sependek pengetahuan kami berobat ke RSO Solo kepada dr. Anung adalah pilihan terbaik. Banyak pasien yang sudah mencoba penyembuhan ke dokter lain tetapi hasilnya tidak memuaskan dan menyebabkan anak harus mengulang proses penyembuhannya. Semoga bisa menjadi info yang bermanfaat ^^


Minggu, 07 Agustus 2016

Untold story rearing a newborn

Setelah melahirkan saya pikir semua akan smooth dan indah. Punya bayi lucu yang siap digendong2. Ternyata oh ternyata setelah bayinya lahir dramanya baru saja akan mulai. Dramanya itu lebih tepatnya perasaan bersalah karena diriku merasa clueless banget sebagai ibu baru. Ngegendongnya masih kurang luwes lah, gantiin popoknya masih mencang mencong, ditambah lagi asi belu keluar pas hari pertama dan kedua setelah lahiran. Lengkaplah diriku berderai air mata tiap kali si princess nangis. Duh maafin bunda ya dek belum bisa jadi ibu yang baik.

Berawal dari asi yang tak kunjung keluar dan ketetapan hati untuk gak ngasih sufor karena katanya kan bayi tahan sampai 3 hari. Hasilnya si princess jado demam dan masuk UGD. Duh rasanya hati diiris iris waktu liat tangan kecilnya dipasang jarum infus. Tangisannya itu menyayat hati duh gusti jangan dia yang sakit kalau bisa aku saja. Rontok sudahlah semua teorinya yang gak boleh minum sufor gak boleh pake dot akhirnya kita semua menghalalkan segala cara yang penting dia bisa minum asi yang waktu itu masih irit2 banget keluarnya. Lima hari berlalu walaupun aku selalu berusaha tenang tapi kadang ibuku yang malah jadi lebay karena omong2 nakes di rumah sakit soal kondisi hima di UGD dulu. Ahh sutralah aku gak mau tau yang penting anaknua sehat terutama juga kondisi mental dan fisikku sehat. Dan akhirnya si princess boleh dibawa ke rumah.

Ceritanya berlanjut ke malam2 begadang karena si princess boboknya siang jadi malem2 di melek. Wajar sih mimik pipis eek ganti2an tapi cukup bikin aku kurang tidur padahal udah di back up ibu. Tibalah suatu pagi waktu merah asi kok susunya encer ya. Mbak rini, asistem di rumah, dengan rural wisdomnya bilang kalau di desa itu susu yang encer gak enak dan bisa jadi karena ibunya masuk angin. Jadi asinya juga gak enak dan bayinya juga gak nyaman. Eh bener lho hasil kerokannya merah2 dan setelah istirahat dan merasa enakan asiya balik lagi kayak full creamnya ultra.

Sebenernya si princess agak rewel bukan cuma karena masuk angin aja tapi kok diriku merasa agak depresi atau mungkin lebih kerennya baby blue. Dulu tu mikir gak mungkin banget diriku kena baby blue secara aku orangnya asik banget gini wuek... Tapi beneran deh depresinya tuh lebih karena merasa gak becus sebagai ibu baru. Gak sempurna. Secara hima kayaknya kok lebih nyaman digendong mbahnya. Jadi keberadaanku sebagai ibunya mungkin gak penting2 amat. Sedih banget deh waktu itu memikirkan kemungkinan itu.

Prasangka itu runtuhlah sudah karena aku sama princess masih connect lho walau dia udah gak dalam kandungan. Dan konektornya adalahh jeng..jeng..jeng..ASI. Yup memang si princess gak nenen langsung tapi entahlah kayaknya setiap tetes ASI yang di minum itu ada kayak info2 kondisi psikis dan emosionalku. Mungkin peranku terlihat minimal karena princess lebih banyak digendong mbahnya. Tapi...siapalah yang bisa menggantikan peranku memerah tetes demi tetes asi. Sejak saat itu diriku bertekad mengenyahkan semua pikiran pikiran negatif. Wis ra usah mikir macem2 gak usah ada perasaan gak nyambung sama anaknya sendiri bagaimanapun darah lebih kental dari air. Mikir yang simpel2 aja semisal target perah asi harian udah fokus itu aja.

Dua minggu lagi princess udah selapan istilahnya udah 35 hari sejak lahir. Kenapa 35 hari karena menyesuaikan sama weton lahirnya. Pokoknya buat orang jawa weton tu jadi patokan dari nentuin nama sampai entar kalo mau milih tanggal nikahan. Habis selapan dia boleh deh diajak jalan2 keluar horeee...

Stay positive and happyy gak cuma waktu hamil tapi juga waktu menyusui dan ngurus bayi kayak sekarang. Fightinggg