Senin, 16 Maret 2015

Small but Expensive, Baby Apparel

Everytime I visit baby's section in store, I amaze with the cuteness and...the price. How does the very small outfit cost more expensive than adult outfit. I found the answer when I participated in workshop about product safety for those who want to sell apparel particularly for baby and children to the US. There are several requirements that has to be fulfilled to ensure the safety of baby apparel. These standart also adopted to Indonesian national standard for baby apparel. First, the material should contain tin no more than 100 ppm. It also applies for accesories attach on the outfit. Second, the material should be anti flame or wont be burnt in certain degree to ensure it will be burn if only small fire catch it. Third, the tie or any kind of string shoould not be placed around the head. The string should be replaced with kind a button or zipper to attach both part. The string should not also place on the waist part cause it may danger the kids if its binded by school bus door. The outfit also should not contain any small accesories that can be possibly eaten by the kids. Those requirements are just a simple summary, there are a lot more if you refers to the real standart. Visit cpsc.org for US standart or bsn.go.id for Indonesian standart. Baby is indeed high maintenance creature.
#tradeinsight

Minggu, 15 Maret 2015

Why Indonesian Chocolate is Infamous?

As long as I know, Indonesia is the third biggest cocoa producer all over the world with 720 thousands ton cocoa a year. Sadly, most of premium chocolate I found at store coming from Switzerland and even Ghana. So, where does Indonesian chocolate goes? We know that each country has their own soil structure that cause a different taste on their agriculture products mainly for beverages such as tea, coffee, and chocolate. Indonesian chocolate, because of its soil components, has a bit sour taste. This taste is not prefereable for most market, but some of them like it such as Germany. The problem with Indonesian cocoa occurs during its drying process. Ghana chocolate is being fermented before it dried under the sun. The fermenting pricess is quite critical because it may create a favorable taste and flavor. This process took from 4-5 days. So why Indonesian farmers neglect it? Fermented or non fermented cocoa seed lie on the same price, so it is not beneficial for farmers to delay 4-5 days when they can just dry and sell it. The fermenting step also allow cocoa membrane release so that it result a clean seed with less fungus and bacteria. They may damage cocoa seed too during shipping process cause bad quality cocoa seed. Indonesia did export the cocoa seeds for example to Japan and the US. However, due to its bad quality, it ends up into animal food. That's a sad fact.

Jumat, 13 Maret 2015

Menjadi ASN

ASN apaan sih? Mungkin orang lebih familiar dengan istilahnya yang lain yaitu PNS. Nah udah tau kan, kepanjangan ASN adalah Aparatur Sipil Negara. Di tengah pro dan kontra masyarakat tentang ASN ini toh jumlah peminatnya setiap kali pembukaan lowongan tidak pernah surut. Mungkin banyak dari yang mencibir ikutan daftar juga hehehe. Menjadi ASN mungkin juga bukan cita-cita saya dari kecil, tetapi disinilah saya sekarang, salah satu Kementrian di daerah Gambir. Tulisan ini hanya merupakan hasil partisipasi obeservasi saya selama 2 minggu ini. Kedalamannya jelas meragukan, tetapi mungkin bisa memberikan sudut pandang yang lain. Pertanyaan yang sering diajukan mungkin adalah setelah bekerja di swasta mengapa mau pindah menjadi ASN yang gajinya kecil? Dan jawaban saya yang paling umum adalah karena bekerja di swasta capek, lalu memangnya jadi ASN gak capek? Mungkin bukan cuma capek secara fisik ya tetapi juga capek secara mental. Saat ini memang belum ada kesibukan, tetapi walaupun sibuk pun tidak ada tekanan mental yang terlalu. Dan saya suka kesibukan tanpa tekanan. Yang agak bikin down sebenarnya adalah.... sebagai anak baru saat ini saya bebas tugas. Terdengar menyenangkan tapi sebenarnya membosankan. Tetapi disini saya tidak harus berpura-pura sibuk. Di tengah kebosanan saya mengisi waktu dengan mengobrol, nulis blog, dan baca buku. Dan tidka terasa jarum jam pun berputar. Saya nyaman dengan ritme kerja yang sibuk tapi tidak menekan dan menghargai apa yang saya kerjakan. Saat itu pun saya mengikuti proses dengan harapan dapat melakukan pekerjaan yang berarti, bukan untuk saya sendiri a.k.a tapi untuk kepentingan lebih banyak orang. Terdengar agak-agak idealis ya. Tapi sungguh dengan mengerjakan sesuatu yang bermanfaat buat banyak orang saya merasa keberadaan saya lebih berarti. Misalnya tadi saya mengikuti workshop sosialisasi standart keamana produk tekstil untuk diekspor ke US. Lalu tiba-tiba dapat tugas mengumpulkan bahan-bahan tentang MEA untuk wawancara direktur dengan majalah internal. I felt like I did such an amazing job. Ribet tapi efeknya akan akn dirasakan banyak orang. Terutama terkait kesadaran konsumen kalau mereka berhak dan harus dilindungi dengan mendapatkan produk yang kualitasnya baik. Tentu saja ini bukan lolly land yang isinya manis aja, tentu ada pahit2nya. Hal-hal yang membuat kadang saya nyengir. Kok bisa ya. Yang paling umum yang 'kekeluargaan' di lingkungan semua PNS. Semua orang pasti ada entah ayah, ibu,, paman, bibi, keponakan, cucu, cicit kali disini,. Samoai-sampai ada yang heran kenapa saya bisa diterima tanpa seorang pun kerabat internal. Dan...karena beberapa orang mungkin saking gak ada kerjaannya, omongannya kurang bermutu. Entahlah rasanya kurang profesional saja dan kurang pas untuk lingkungan kerja. Ini belum termasuk urusan duit-duitan yang saya gak tau juga kenapa program sekecil apapun ada honornya. Untuk yang ini saya no comment aja karena belum tau gimananya. Terlepas dari segala macam baik dan buruknya, yang penting kita luruskan niat saja. Kalau niatanya sudah baik sudah lurus saya yakin hasilnya pun berkah. Aminnn....