Rabu, 06 Desember 2023

Diundang lagi ke rumah Allah

 Alhamdulillah, dengan izin Allah beberapa minggu yang lalu saya dan suami diundang kembali untuk mengunjungi rumah Allah dan Rasulullah di Makkah dan Madinah. Masha Allah sungguh rezeki yang besar untuk saya utamanya karena ini adalah perjalanan jauh pertama saya setelah covid sekaligus akan meninggalkan anak-anak dalam waktu yang agak lama. Sekali lagi alhamdulillah, adek Hanan begitu lancar disapih sehingga rasa hati plong banget, karena salah satu ketakutan saya dalam keberangkatan ini adalah meninggalkan adek yang belum disapih.

Benarlah keberangkatan kita ke Baitullah adalah undangan Allah SWT. Kami mendapatkan seat umroh ini juga melalui war bersaing dengan banyak orang. Malam itu suami menepuk punggung saya yang sedang menyusui adek, "Yang, ada tiket umroh bulan Oktober besok, mau gak?",kata ayah. Dalam kondisi setengah sadar saya menjawab, "Boleh deh yah, kan adek sudah mau 2 tahun, sudah bisa disapih.", jawab saya. Menunggu beberapa hari, karena kami belum tentu mendapatkan seatnya. Alhandulillah kami mendapatkan undangan grup WA untuk keberangkatan umroh grup tersebut. Alhamdulillah betapa besarnya rasa syukur saya atas kesempatan tersebut.

Singkat cerita, kami berangkat pada tanggal 17 Oktober bersama rombongan. Rombongan umroh ini tidak biasa, karena kasat mata saya lihat semuanya berusia muda  dalam kisaran 20-40 tahun. Biasanya rombongan umroh dari Indonesia kebanyakan sudah berusia sepuh. Dan surprisenya mereka semua baik-baik. Serta yang paling penting bervisi akhirat. Kenapa visi akhirat ini penting? Karena ini menentukan nyambung tidaknya obrolan kami dan prioritas kami selama perjalanan.


Alhamdulillah perjalanan umroh kali ini ada plusnya yaitu mampir ke Dubai. Betul-betul mampir karena kami cuma punya kurang lebih 10 jam disana. Humm ngomongin Dubai yang terbayang itu gemerlapnya dunia ya. Semua yang paling-paling di dunia, yang paling tinggi, paling mewah, paling megah, sampai yang ngadi-ngadi pun ada disana termasuk sky indoor. Tapi entahlah saya tidak menemukan kedamaian ditempat yang paling-paling itu. Ya udah lewat gitu aja. Pemimpinnya punya visi yang jauh ke depan..di dunia. Duluu..saya sempat berpikir, kenapa KSA tidak bisa sekaya UAE toh sama-sama negara Arab. Akhirnya, mungkin saya menemukan yang kira2 menjadi jawabannya. Perbedaan visi. Salah satu hadist Rasulullah SAW, mengatakan agar kita manusia memendekkan angan-angan. Apa maksudnya? Hiduplah seolah-olah kita ini pelancong yang hanya mampir sebentar di dunia ini, karena tujuan utama kita adalah akhirat. Jadi sederhanakanlah keinginan-keinginan duniawi kita karena ada goal yang lebih besar.


Alhamdulillah, kami tiba di tujuan utama kami. Makah dan Madinah jauh lebih ramai dibandingkan terakhir kami berkunjung pada tahun 2018. Pun ada beberapa hal yang berbeda seperti hijir Ismail hanya bisa dimasuki saat-saat tertentu. Untuk memasuki Raudhah pun kita perlu memiliki aplikasi khusus. Ada satu hal yang menjadi kesadaran baru bagi saya dalam pengalaman umroh kemarin. Bahwa kecondongan manusia untuk menyembah benda-benda sangat kuat. Segala macam beda di sekitar Kabah dan Raudah tidak luput menjadi sarana 'mencari berkah'. Padahal saya yakin benda-benda itu hanya buatan manusia. Di zaman Rasul kondisi masjid Nabawi tidak penuh pernak pernik seperti sekarang. Ketika saya mengunjungi museum Rasul pun disana ditampilkan beberapa macam benda yang pernah dimiliki Rasul seperti bejana, baju besi, dan tongkat. Tapi hanya dioramanya saja, benda-benda aslinya wallahu alam ada dimana dan tidak dianjurkan untuk dicari. Rasul pun pernah menyampaikan agar makamnya tidak menjadi tempat kesyirikan umat. Pastilah Makah dan Madinah selalu membuat rindu dan keberkahannya berlipat ganda, tetapi bukankah Allah itu dekat dan selalu mendengar doa kita dimanapun kita berpijak dibumi-Nya? 




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar