All of this stuff made in Korea
When first time come here, I am suprised cause all car that I fond is Hyundai or KIA. There isnt Honda or Toyota or BMW or Mercedes as in Indonesia. All electronics is Samsung or LG. All stuff is made in Korea. I have ever heard that Korean always use their own country product. I think that they only use certain product. But actually maybe 80% their product is made in Korea. Even there isnt Carrefour or retail shop owned by foreigner. All of retail shop is Korean. They liked go place like traditional market to shop. And place like mall is very rare here. It means, all of their citizen money only circled inside, not go oustside.
How about Indonesia? Using foreign product still being prestige.
Minggu, 29 Agustus 2010
Diary in Korea #2
Such a very nice Malaysian boy
When I first come to Korea, Rindia asked, “What should we do if we met Malaysian?”. I am just laugh and said it just OK. Most of friend said that Malaysian is such a good guys. I am not surprised with Rindia question, since now there is another conflict between Malaysia and Indonesia (I dont wanna talk about that conflict).
Finally, the first guys we met when we arrived in Hanyang University in Malaysian is boy named Haikal. At the first time i supposed that he is Indonesian because our face contour in totally persist huh..He took us to our dormitory and emphasized to call him whenever we need help. I thought it was just for formality but it totally not.
Our first journey is to a bog shop near Whangsinmi station. Haikal asked us to join with other Germany student. If you are the new one in Korea, and can not speak Korean its better if you always go outside with someone who can speak Korea.
Stil the same day, Haikal asked us what will we eat to breakfast (buka puasa). We said we will eat our bread and milk which we buy. Haikal said it doesnt proper and finally he took us to kind of seafood restaurant. And I swear those food is very yummy. The name is haemul something, I forgot. We continued to karaoke. Karaoke is a part of Korean habit.
His helped continue. He always want to know what we eat for sahoor or breakfast. And he will not allow us eating just bread. Moreover, he has cook for us twice for breakfast. First we just cook Malaysian instant food, Brahims and Ayam Brand. Second, he cooked by himself, bihun goreng and sambal ikan bilis. Terharu...He cooked so much and asked us to bring for sahoor.
During our meeting, we talked about love and hate relationship between our country. I found there are many similarities between us, our face, our food, our habit, our religion, even our language. According to us our country hot relationship is just because of certain oknum (yang kurang kerjaan) and because of our citizen who easy ‘dihasut’(poor Indonesia). So, the fact is our country relationship is fine. We didnt care about the issue that hotter day by day. We are such a happy and live peacefully here. How lucky am I find out such a nice Malaysian boy...
When I first come to Korea, Rindia asked, “What should we do if we met Malaysian?”. I am just laugh and said it just OK. Most of friend said that Malaysian is such a good guys. I am not surprised with Rindia question, since now there is another conflict between Malaysia and Indonesia (I dont wanna talk about that conflict).
Finally, the first guys we met when we arrived in Hanyang University in Malaysian is boy named Haikal. At the first time i supposed that he is Indonesian because our face contour in totally persist huh..He took us to our dormitory and emphasized to call him whenever we need help. I thought it was just for formality but it totally not.
Our first journey is to a bog shop near Whangsinmi station. Haikal asked us to join with other Germany student. If you are the new one in Korea, and can not speak Korean its better if you always go outside with someone who can speak Korea.
Stil the same day, Haikal asked us what will we eat to breakfast (buka puasa). We said we will eat our bread and milk which we buy. Haikal said it doesnt proper and finally he took us to kind of seafood restaurant. And I swear those food is very yummy. The name is haemul something, I forgot. We continued to karaoke. Karaoke is a part of Korean habit.
His helped continue. He always want to know what we eat for sahoor or breakfast. And he will not allow us eating just bread. Moreover, he has cook for us twice for breakfast. First we just cook Malaysian instant food, Brahims and Ayam Brand. Second, he cooked by himself, bihun goreng and sambal ikan bilis. Terharu...He cooked so much and asked us to bring for sahoor.
During our meeting, we talked about love and hate relationship between our country. I found there are many similarities between us, our face, our food, our habit, our religion, even our language. According to us our country hot relationship is just because of certain oknum (yang kurang kerjaan) and because of our citizen who easy ‘dihasut’(poor Indonesia). So, the fact is our country relationship is fine. We didnt care about the issue that hotter day by day. We are such a happy and live peacefully here. How lucky am I find out such a nice Malaysian boy...
Jumat, 27 Agustus 2010
Diary in Korea #1
24 Agustus 2010-08-26
Hari keberangkatan dipenuhi dengan dilema tentang berapa banyak barang yang boleh dibawa. Hasilnya, Ibu berulang kali membongkar koper untuk menimbang-nimbang dan mengeluarkan barang-barang yang sekiranya tidak perlu dibawa. Yang membuat suasana lebih panas, Customer Service Garuda Indonesia bilang bahwa untuk penerbangan internasional masing-masing passenger hanya boleh membawa 20 kilo, termasuk kabin dan bagasi. Semakin heboh lah kami mengeluarkan barang-barang yang dirasa tidak perlu dibawa.
Pesawat akan take off jam 23.00. Kami skeluarga berencana berangkat pukul 08.00. Khebohan belum berakhir karena teman saya bilang tol bandara sedang macet-macetnya. Dengan modal nekat kami sekeluarga naik taksi, yang tarif bawah pula hehehehe, dan alhamdulillah jalanan lancar dan ongkos taksinya pun cuma 160ribu hehehehe.
Sampai di bandara tetep deg-deg an. Baru pertama kali terbang dan udah penerbangan internasional pula. Alhamdulillah lagi Allah benar-benar baik, semua urusan lancar, mulai dari imigrasi, fiskal, cek tiket, dan yang mengagumkan ternyata kita boleh bawa sampai 30 kg ke bagasi (agak menyesal kenapa saya gak penuhi aja koper saya). Akhirnya saya melenggang dengan lancar dengan 1 koper besar, tas laptop, dan 1 tas punggung (dan ternyata masih banyak orang yang membawa lebih banyak).
Entahlah tidak ada perasaan yang terlalu special, semuanya biasa-biasa saja. Tidak terlalu sedih meninggalkan orang tua karena sudah biasa, pun juga tidak terlalu excited hahahahah entahlah kan seharusnya perasaan ini bisa lebih lebay. Setelah say goodbye da da da da (mirip kayak di film-film gitu hahahaha) semuanya tetap lancar. Cuma waktu sampai di pengecekan bawaan saya harus mengeluarkan minuman yang dibawa (benar-benar gak boleh bawa liquid). Waktu saya an Rindia nunggu take off kita bareng-bareng sama banyak orang yang pakai jaket warna biru. Awalnya kami kira mereka tentara atau mungkin atlet. Terakhir kami tahu bahwa ternyata mereka adalah TKI. Betapa sulit ya mencari pekerjaan di Indonesia, sampai-sampai banyak orang mengais rejeki jauh-jauh.
Perjalanan 7 jam dari Cengkareng ke Incheon. Karena kami naik Garuda Indonesia walaupun ekonomi, perjalanan sangat menyenangkan. Dapat makanan dan minuman yang enak-enak dan walaupun agak katrok ada semacam monitor entertainment di masing-masing kursi penumpang jadi kita bisa mendengarkan musik atau nonton film selama perjalanan. Satu yang paling painful adalah waktu take off dan landing, telinga sakit banget karena perubahan tekanan udara yang drastis.
Finally, sampailah kami di Incheon. Sangat bersih, sangat modern, dan rapi. Beda dengan Cengkareng yang walaupun katanya bandara internasional terkesan berantakan dan kotor. Dan yang mengejutkan semuanya lancar-lancar saja, bahkan bawaan kami tidak dibongkar, laptop kami tidak diperiksa apakah windowsnya ori atau tidak.
Rasanya agak bingung karena tahu-tahu kami sudah ada di gate arrival dan dijemput oleh bapak-bapak driver yang tidak bisa bahasa Inggris. Dan ternyata di luar hujan, tidak deras, rintik-rintik tapi cukup lah untuk membuat udara terasa dingin.
Perjalanan dari Incheon ke kampus kami di daerah Seongdanggu lancar, a little bit macet tapi tidak parah. Sepanjang perjalanan pemandangan masih biasa-biasa saja. Satu yang membuat heran semua mobil disini kalau bukan Hyundai ya KIA. Susah sekali menemukan mobil produksi luar negeri. Banyak gedung seperti rusun di daerah luar kota. Lalu kami juga melewati Hanggang river yang ternyata besar dan panjang. Ngantuk, dan akhirnya tibalah kami di kampus.
Kami diturunkan di depan Student Dormitory II, yang ternyata bukan gedung yang benar. Seorang bapak satpam keluar dan menanyai kami (tentunya dalam bahasa Korea). Kami berdua yang tidak bisa bahasa Korea sama sekali cuma bisa melongo dan menebak-nebak apa yang dikatakan si Bapak. Sampai akhirnya kami minta tolong si Bapak untuk menelepon International Office untuk memberitahukan tentang kedatangan kami.
Kami dijemput oleh seorang gadis Korea yang agaknya bahasa Inggrisnya kurang lancar dan cowok Melayu yang adalah Malaysian, Haikal. Kami dibawa ke International House (sepertinya asrama untuk mahasiswa pertukaran) dan alhamdulillah kamar kami sudah dibersihkan. Walaupun ini sederhana tapi sudah lebih dari cukup untuk berdua. Kamar mandi yang cukup besar dengan shower air hangat, lemari besar, kasur untuk masing-masing kami, meja belajar yang sangat besar, dan lemari-lemari seperti yang ada di dapur untuk menyimpan barang-barang, tidak lupa AC, penghangat, telepon internal, dan kabel internet tentunya (walaupun sampai saat ini kami belum bisa menggunakannya).
Mandi, kemudian istirahat sebentar. Lalu kami diajak Haikal untuk membeli barang-barang di pusat perbelanjaan terdekat dari kampus (lupa namanya) bersama dua orang mahasiwa Jerman (yang ternyata tidak kuliah di Jerman), Sabrina dan Andrea.
Ngomong-ngomong belanja pasti terdengar menyenangkan. Tapi kali ini menegangkan untuk kami, apalagi kalau bukan karena kami belum mendapatkan beasiswa jadi saat ini kami menggunakan uang kami sendiri. Mereka yang uangnya sudah Euro enak saja membeli ini dan itu. Saya dan Rindia hanya mengeluarkan KRW 5,000 untuk membeli roti, susu, dan margarine. Itu sudah murah lo, kalau dikurs kan mejadi rupiah sekitar 40.000.
Suasana di kota sangat menyenangkan, jalan-jalan kecil, tidak penuh sesak. Toko-toko di tepi jalan berdiri anggun, dan tidak serakah berdiri berlantai-lantai seperti di Indonesia. Tokonya kecil-kecil lucu dan banyak toko makanan di pinggir jalan. Kebanyakan orang berjalan kaki atau naik kendaraan umum. Katanya karena terbiasa berjalan jauh setipa hari, tidak ada cewek Korea yang gendut, asik banget kan, semoga saya juga bisa langsing disini hehehehe.
Malamnya kami diajak Haikal untuk buka puasa di suatu tempat makan seafood. Lagi-lagi saya lupa nama makanannya. Yang jelas itu enak banget, isinya ada udang, kerang, kepiting, octopus, rice cake, kayak tempura ikan, jamur, sama sayuran sejenis sawi. Dimasak di kuah kental, warnanya merah, pedas, asin, haduh pokoknya itu enak banget walaupun pedas. Terus ada dimakan sama nasi Korea. Bentuknya bulat-bulat gitu, tapi rasanya biasa aja. Dan minumannya gak macam-macam, cuma ada air putih dingin, jus, sama bir. The party wasnt over. Lalu kita pergi ke karaoke. Kata Haikal karaoke adalah bagian dari budaya masyarakat Korea juga. Kita nyanyi banyak lagu, dan ternyata Haikal tau banyak lagu Indonesia yang lawas-lawas yang bahkan kita sendiri tidak tahu. Setelah puas kita pulang jam 11 malam waktu Korea. Lagi-lagi kata Haikal, Korea adalah tempat yang aman. Kita nih cewek-cewek akan baik-baik aja bahkan kalau kita di luar sampai malam. Perjalanan hari itu berakhir dengan badan yang sangat super duper capek, apalagi hari itu kita baru sampai. Tidak sabar menunggu perjalanan seru berikutnya.
to be continued.........................................
Hari keberangkatan dipenuhi dengan dilema tentang berapa banyak barang yang boleh dibawa. Hasilnya, Ibu berulang kali membongkar koper untuk menimbang-nimbang dan mengeluarkan barang-barang yang sekiranya tidak perlu dibawa. Yang membuat suasana lebih panas, Customer Service Garuda Indonesia bilang bahwa untuk penerbangan internasional masing-masing passenger hanya boleh membawa 20 kilo, termasuk kabin dan bagasi. Semakin heboh lah kami mengeluarkan barang-barang yang dirasa tidak perlu dibawa.
Pesawat akan take off jam 23.00. Kami skeluarga berencana berangkat pukul 08.00. Khebohan belum berakhir karena teman saya bilang tol bandara sedang macet-macetnya. Dengan modal nekat kami sekeluarga naik taksi, yang tarif bawah pula hehehehe, dan alhamdulillah jalanan lancar dan ongkos taksinya pun cuma 160ribu hehehehe.
Sampai di bandara tetep deg-deg an. Baru pertama kali terbang dan udah penerbangan internasional pula. Alhamdulillah lagi Allah benar-benar baik, semua urusan lancar, mulai dari imigrasi, fiskal, cek tiket, dan yang mengagumkan ternyata kita boleh bawa sampai 30 kg ke bagasi (agak menyesal kenapa saya gak penuhi aja koper saya). Akhirnya saya melenggang dengan lancar dengan 1 koper besar, tas laptop, dan 1 tas punggung (dan ternyata masih banyak orang yang membawa lebih banyak).
Entahlah tidak ada perasaan yang terlalu special, semuanya biasa-biasa saja. Tidak terlalu sedih meninggalkan orang tua karena sudah biasa, pun juga tidak terlalu excited hahahahah entahlah kan seharusnya perasaan ini bisa lebih lebay. Setelah say goodbye da da da da (mirip kayak di film-film gitu hahahaha) semuanya tetap lancar. Cuma waktu sampai di pengecekan bawaan saya harus mengeluarkan minuman yang dibawa (benar-benar gak boleh bawa liquid). Waktu saya an Rindia nunggu take off kita bareng-bareng sama banyak orang yang pakai jaket warna biru. Awalnya kami kira mereka tentara atau mungkin atlet. Terakhir kami tahu bahwa ternyata mereka adalah TKI. Betapa sulit ya mencari pekerjaan di Indonesia, sampai-sampai banyak orang mengais rejeki jauh-jauh.
Perjalanan 7 jam dari Cengkareng ke Incheon. Karena kami naik Garuda Indonesia walaupun ekonomi, perjalanan sangat menyenangkan. Dapat makanan dan minuman yang enak-enak dan walaupun agak katrok ada semacam monitor entertainment di masing-masing kursi penumpang jadi kita bisa mendengarkan musik atau nonton film selama perjalanan. Satu yang paling painful adalah waktu take off dan landing, telinga sakit banget karena perubahan tekanan udara yang drastis.
Finally, sampailah kami di Incheon. Sangat bersih, sangat modern, dan rapi. Beda dengan Cengkareng yang walaupun katanya bandara internasional terkesan berantakan dan kotor. Dan yang mengejutkan semuanya lancar-lancar saja, bahkan bawaan kami tidak dibongkar, laptop kami tidak diperiksa apakah windowsnya ori atau tidak.
Rasanya agak bingung karena tahu-tahu kami sudah ada di gate arrival dan dijemput oleh bapak-bapak driver yang tidak bisa bahasa Inggris. Dan ternyata di luar hujan, tidak deras, rintik-rintik tapi cukup lah untuk membuat udara terasa dingin.
Perjalanan dari Incheon ke kampus kami di daerah Seongdanggu lancar, a little bit macet tapi tidak parah. Sepanjang perjalanan pemandangan masih biasa-biasa saja. Satu yang membuat heran semua mobil disini kalau bukan Hyundai ya KIA. Susah sekali menemukan mobil produksi luar negeri. Banyak gedung seperti rusun di daerah luar kota. Lalu kami juga melewati Hanggang river yang ternyata besar dan panjang. Ngantuk, dan akhirnya tibalah kami di kampus.
Kami diturunkan di depan Student Dormitory II, yang ternyata bukan gedung yang benar. Seorang bapak satpam keluar dan menanyai kami (tentunya dalam bahasa Korea). Kami berdua yang tidak bisa bahasa Korea sama sekali cuma bisa melongo dan menebak-nebak apa yang dikatakan si Bapak. Sampai akhirnya kami minta tolong si Bapak untuk menelepon International Office untuk memberitahukan tentang kedatangan kami.
Kami dijemput oleh seorang gadis Korea yang agaknya bahasa Inggrisnya kurang lancar dan cowok Melayu yang adalah Malaysian, Haikal. Kami dibawa ke International House (sepertinya asrama untuk mahasiswa pertukaran) dan alhamdulillah kamar kami sudah dibersihkan. Walaupun ini sederhana tapi sudah lebih dari cukup untuk berdua. Kamar mandi yang cukup besar dengan shower air hangat, lemari besar, kasur untuk masing-masing kami, meja belajar yang sangat besar, dan lemari-lemari seperti yang ada di dapur untuk menyimpan barang-barang, tidak lupa AC, penghangat, telepon internal, dan kabel internet tentunya (walaupun sampai saat ini kami belum bisa menggunakannya).
Mandi, kemudian istirahat sebentar. Lalu kami diajak Haikal untuk membeli barang-barang di pusat perbelanjaan terdekat dari kampus (lupa namanya) bersama dua orang mahasiwa Jerman (yang ternyata tidak kuliah di Jerman), Sabrina dan Andrea.
Ngomong-ngomong belanja pasti terdengar menyenangkan. Tapi kali ini menegangkan untuk kami, apalagi kalau bukan karena kami belum mendapatkan beasiswa jadi saat ini kami menggunakan uang kami sendiri. Mereka yang uangnya sudah Euro enak saja membeli ini dan itu. Saya dan Rindia hanya mengeluarkan KRW 5,000 untuk membeli roti, susu, dan margarine. Itu sudah murah lo, kalau dikurs kan mejadi rupiah sekitar 40.000.
Suasana di kota sangat menyenangkan, jalan-jalan kecil, tidak penuh sesak. Toko-toko di tepi jalan berdiri anggun, dan tidak serakah berdiri berlantai-lantai seperti di Indonesia. Tokonya kecil-kecil lucu dan banyak toko makanan di pinggir jalan. Kebanyakan orang berjalan kaki atau naik kendaraan umum. Katanya karena terbiasa berjalan jauh setipa hari, tidak ada cewek Korea yang gendut, asik banget kan, semoga saya juga bisa langsing disini hehehehe.
Malamnya kami diajak Haikal untuk buka puasa di suatu tempat makan seafood. Lagi-lagi saya lupa nama makanannya. Yang jelas itu enak banget, isinya ada udang, kerang, kepiting, octopus, rice cake, kayak tempura ikan, jamur, sama sayuran sejenis sawi. Dimasak di kuah kental, warnanya merah, pedas, asin, haduh pokoknya itu enak banget walaupun pedas. Terus ada dimakan sama nasi Korea. Bentuknya bulat-bulat gitu, tapi rasanya biasa aja. Dan minumannya gak macam-macam, cuma ada air putih dingin, jus, sama bir. The party wasnt over. Lalu kita pergi ke karaoke. Kata Haikal karaoke adalah bagian dari budaya masyarakat Korea juga. Kita nyanyi banyak lagu, dan ternyata Haikal tau banyak lagu Indonesia yang lawas-lawas yang bahkan kita sendiri tidak tahu. Setelah puas kita pulang jam 11 malam waktu Korea. Lagi-lagi kata Haikal, Korea adalah tempat yang aman. Kita nih cewek-cewek akan baik-baik aja bahkan kalau kita di luar sampai malam. Perjalanan hari itu berakhir dengan badan yang sangat super duper capek, apalagi hari itu kita baru sampai. Tidak sabar menunggu perjalanan seru berikutnya.
to be continued.........................................
Langganan:
Postingan (Atom)