Jadi buku ini adalah kumpulan tulisan Rusdi Matari selama Ramadhan yang diunggah di Mojok. Berkisah tentang Cak Ndlahom yang tinggal di Desa Ndusel bersama tokoh-tokoh lainnya ada Pak Lurah, Pak RT, Mat Piti, dan Romlah. Ndlahom hanya nama panggilan yang kurang lebih berarti bodoh atau gila. Sebenarnya Cak Ndlahom tidak sungguh-sungguh bodoh atau gila, tetapi perilaku dan cara pikirnya yang nyeleneh kerap menjadikannya bahan tontonan warga kampung.
Suatu hari Cak ndlahom puasa bicara. Dia tidak mengeluarkan sepatah kata, pun tidak menjawab ketika ditanya. Sampai menjadi isu nasional di desa sampai semua warga nyamperin ke rumahnya yang samping kandang kambing Pak Lurah. Cak Ndlahom akhirnya memberikan klarifikasi bahwa mulutnya selama ini sudah banyak melakukan dosa. Menggunjing, berbohong, mengeluh, menyakiti hati orang lain, wis pokoke mungkin kebanyakan dosa kita dilakukan oleh si mulut ini. Jadi mulut pun punya hak untuk dipuasakan supaya gak semakin nambah dosa kita.
Tapi kesan utama yang saya tangkap dari Cak Ndlahom adalah jiwanya yang berusaha merendahkan dirinya sendiri serendah-rendahnya. Katanya jadilah seperti air. Air itu membawa semua yang baik dan yang buruk. Dari air kamar mandi yang bersih, turun ke selokan, bercampur dengan limbah dapur, dan segala macam kotoran lainnya. Dari sungai yang membawa segala macam beda bermuara ke laut dan membuatnya bersih kembali. Masya Allah.
Jadi sebagai manusia di bumi ini kita semua hanyalah wayang. Yang menjalani skenario dari dalang. Baik buruk semuanya sepatutnya kita terima, karena boleh jadi yang menurut kita buruk justru baik untuk kita dan sebaliknya. Apa yang kita rasa milik kita sebenarnya juga bukan punya kita. Jadi apa gunanya iri hati, dengki, ambisi.
Lha terus hidup kita ini harus pasif aja gitu? Ya enggak juga. Cara pikir Cak Ndlahom ini bisa menjadi rem atas segala sesuatu yang menggebu-gebu. Prestasi, karir, gaji, jabatan, you named it. Kalau denger influencer finance atau karir kita diajak dalam lima tahun atau sepuluh tahun ke depan hidup kita harus begini begitu. Hasilnya kita stress sendiri, bahkan sampai mengorbankan banyak hal untuk mencapai target-target itu.
Pasrahkan, serahkan, sembari tidak meninggalkan kesungguhan hati dan upaya. Tetapkan tujuan untuk berkumpul di surga bersama keluarga. Tenang aja, apapun yang memang menjadi milikmu tidak akan lepas darimu walau seluruh dunia menentang.